Looking For Anything Specific?

ads header

Serba-serbi Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang Perlu Diketahui Para Ibu

serba serbi MPASI



“Dulu kamu baru 2 bulan udah dikasih pisang sampai sekarang sehat-sehat aja.”

“Si ini udah kasih madu ke anaknya yang baru mulai MPASI.”

“Si itu anaknya dibiarin makan sendiri dari awal, nggak disuapin.”

“MPASInya dikasih gula sama garam boleh nggak ya?”

"Sebaiknya MPASI homemade apa yang instan aja?"

Cuuuung, siapa yang bingung dengan hal-hal di atas? Kemajuan teknologi informasi ternyata tidak membuat kegalauan tentang MPASI menghilang ya. Justru tambah galau karena banyak sekali sumber informasi yang berbeda-beda metodenya. Duh, jadi bingung mau mengikuti yang mana.

Aku saja yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan tidak luput dari salah ketika memberi MPASI untuk anakku dulu, padahal sudah mencari referensi dari buku. Setelah anakku berusia sekitar tiga tahunan aku baru menyadari bahwa metodeku dulu ada yang salah, alhamdulillah anakku masih sehat sampai sekarang sudah berusia 5 tahun.

Hal tersebut menunjukkan bahwa menjadi orang tua harus rajin mengupdate ilmu, tentunya dari sumber yang valid. Untuk MPASI berarti harus mencari informasi dari dokter anak atau dari anjuran WHO. Beberapa waktu lalu, aku sempat mengikuti webinar dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tentang pengenalan MPASI, pematerinya adalah Dr. dr. Ariani D. Widodo SPA (K). Berikut beberapa hal yang disampaikan.

Pengenalan MPASI dan Kapan Anak Mulai Diberi MPASI?

dampak MPASI tidak sesuai waktu


Kebutuhan nutrisi bayi sampai usia 6 bulan masih tercukupi dengan pemberian ASI saja. Oleh karena itu disarankan untuk memberikan ASI eksklusif sampai usia bayi 6 bulan. Menginjak usia 6 bulan ASI tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi sehingga memerlukan tambahan nutrisi dari makanan. Namun, tetap dengan lanjut menyusui bayi sampai usia 2 tahun, oleh karena itu disebut dengan makanan pendamping ASI (MPASI).

WHO merekomendasikan pemberian MPASI anak pada usia 6 bulan. Selain dari usia, juga perlu melihat beberapa tanda kesiapan bayi menerima MPASI. Jika bayi siap dan mempunyai indikasi MPASI dini maka bisa diberikan sebelum 6 bulan, tapi harus atas anjuran dokter anak. Nah, apa saja tanda anak siap diberikan MPASI, yuk simak di bawah ini:

Tanda Fisik


Beberapa tanda fisik anak sudah siap diberikan MPASI yaitu:

1. Anak sudah bisa duduk sendiri dengan bantuan, misalnya duduk di kursi makan bayi atau high chair.

2. Anak bisa mengontrol gerakan kepalanya sendiri dan sudah bisa mengangkat kepalanya dengan tegak.

3. Adanya extrusion reflex, yaitu kemampuan untuk menggerakkan lidah yang berfungsi untuk mengambil makanan dari sendok, mengunyah, dan membantu menelan makanan. Refleks ini juga membantu bayi ketika menyusu.

Tanda secara psikologis


1. Ketika melihat orang makan bayi ikut tertarik dan seakan ingin ikut makan.

2. Ketika lapar membuka mulutnya jika ada yang menyodorkan makanan.

3. Sangat bersemangat ketika melihat makanan.

4. Mengikuti arah gerak makanan dengan matanya.

5. Si kecil mulai bisa menunjukkan tanda bahwa dia sudah kenyang, seperti melepehkan makanannya, menutup mulutnya ketika disodorkan makanan, memainkan makanannya, menoleh ke arah lain ketika diberi makanan.

Jika anak sudah berusia 6 bulan dan sudah menunjukkan tanda-tanda di atas berarti bisa mulai diberikan MPASI. Namun, jika anak menunjukkan tanda kesiapan sebelum 6 bulan atau justru sudah lewat dari 6 bulan tetapi belum ada tanda-tanda di atas, maka sebaiknya konsultasikan ke dokter anak ya.

Teknik Pemberian MPASI

“Anakku sudah siap diberikan MPASI nih, tapi dikasih makanan apa dulu ya?”

“Kasih buah-buahan dulu apa langsung bubur? Terus menu tunggal apa langsung bermacam menu?”

Banyak sekali kegalauan yang dialami para mamah muda ya. Tak jarang di grup WA ibu-ibu banyak yang menanyakan tentang hal tersebut. Mending jika ibu-ibu lain menjawab sesuai ilmu, kalau jawabannya ngasal kan bisa gawat. Nah, menurut pedoman WHO, berikut beberapa prinsip MPASI yang perlu diperhatikan.

Kandungan gizi lengkap

Kandungan gizi yang lengkap meliputi karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Setiap nutrisi memiliki fungsi dan manfaat yang berbeda-beda. Jika anak kekurangan nutrisi maka bisa berdampak buruk seperti gizi buruk, gangguan tumbuh kembang, hingga gangguan perkembangan otak.

Dengan begitu, maka pemberian MPASI adalah dengan menu lengkap, bukan dengan menu tunggal. Contohnya diberikan bubur nasi dengan lauk telur atau daging yang dihaluskan, sesuaikan teksturnya dengan usia anak. Sayur dan buah sedikit saja hanya untuk mengenalkan. Jika diberikan menu tunggal dulu misalnya buah saja atau bubur beras saja maka kandungan nutrisinya tidak akan lengkap.

Teknik pemberian dengan responsive feeding


Responsive feeding adalah dengan menyuapi anak yang masih kecil dan membantu anak yang lebih besar untuk makan sendiri. Ketika menyuapi anak harus ada kontak mata dan suasana menyenangkan, jangan memaksa dan mengancam anak untuk membuka mulutnya. Jauhkan segala macam gangguan ketika anak makan, misalnya TV, gadget, atau mainan. Jadi ketika makan ya fokus makan sambil duduk, bukan sambil nonton atau sambil jalan-jalan.

Makan sambil digendong atau sambil bermain dan jalan-jalan masih menjadi kebiasaan banyak ibu. Sering sekali aku melihat ibu-ibu menggendong anaknya sambil disuapi. Sudah gitu fokus anak dialihkan ke hal lain agar anaknya mau buka mulut.

“Eh, lihat itu kucingnya lagi makan, ayok adik juga aaaak,” lalu ketika anaknya membuka mulut sedikit ibunya langsung memasukkan makanan dan mengalihkan perhatian anak lagi. Duh, jangan seperti ini ya ibu-ibu.

Perhatikan tekstur dan porsi makanan

Tekstur makanan anak mulai dari makanan halus kemudian meningkat jadi makanan cincang, finger food, dan makanan keluarga. Kenaikan tekstur makanan ini tergantung usia dan kesiapan anak misalnya tumbuhnya gigi.

Untuk porsi makanannya, semakin bertambah usia maka kebutuhan energinya juga semakin banyak. Dengan begitu porsi makannya juga akan bertambah. Namun, tentu saja tetap harus memperhatikan tanda ketika anak sudah kenyang.

tahapan MPASI


Atur pola makan anak

Sebaiknya sejak awal MPASI jadwal makan anak sudah diatur dan jangan memberikan makanan atau cemilan di luar jadwal makan. Hal itu berguna untuk melatih anak mengerti rasa lapar dan kenyang. Selain itu, jika anak bebas diberikan cemilan kapan saja maka akan membuat anak sudah kenyang ketika waktunya makan makanan utama.

Waktu pengosongan lambung adalah sekitar 2-3 jam, jadi berikan jeda antara waktu makan selama 2-3 jam. Misalnya jam 06.00-07.00 sarapan, jam 09.00-10.00 snack pagi, jam 12.00-13.00 makan siang, jam 15.00-16.00 snack sore, jam 18.00-19.00 makan malam. Untuk snack bisa diberikan buah atau ASI.

Do’s and Dont’s Ketika memberikan MPASI

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan harus dihindari ketika menyiapkan MPASI untuk anak.

Hal yang perlu diperhatikan:

1. Jaga kebersihan tangan, makanan, dan peralatan makan. Jika kebersihan tidak terjaga maka berisiko terkontaminasi yang bisa menyebabkan gangguan dan keracunan pada anak.

2. Bahan makanan harus dimasak sampai matang. Proses memasak akan membunuh kuman pada bahan makanan sehingga makanan lebih aman dikonsumsi.

3. Boleh menambahkan minyak, mentega, atau santan. Anak-anak membutuhkan kalori lebih banyak untuk pertumbuhan dan perkembangan. Jadi jangan anti goreng atau anti lemak ya ibu-ibu, yang penting jika menggoreng gunakan minyak yang masih bagus.

4. Pisahkan talenan untuk memotong bahan mentah dan matang. Bahan makanan yang mentah, misalnya daging ayam mengandung bakteri yang bisa membahayakan jika dikonsumsi.  Agar makanan yang siap dikonsumsi tidak terkontaminasi dengan kuman dari bahan mentah maka pisahkan talenannya.

Hal yang perlu dihindari:

1. Memberikan madu untuk anak usia di bawah satu tahun karena mengandung bakteri Clostridium botulinum yang bisa menyebabkan bahaya jika dikonsumsi bayi.

2. Memberikan jus buah kepada anak di bawah satu tahun. Lebih baik berikan puree atau buah yang dilumatkan.

3. Memberikan makanan yang terlalu manis, asin, atau dengan kadar lemak tinggi.


Nah, seperti itulah prinsip pemberian MPASI untuk anak. Mungkin masih ada yang bertanya, “Jadi boleh nggak dikasih MPASI instan alias MPASI terfortifikasi?” Jawabannya, jika tidak memungkinkan membuat MPASI sendiri dengan kandungan gizi yang lengkap, ya tidak apa-apa diberikan MPASI instan. Tapi, yakin ibu-ibu nggak mau masak untuk si kecil? Biasanya sih ibu-ibu justru semangat ya menyiapkan semua hal untuk anak. Semoga informasi ini bermanfaat ya.

Post a Comment

23 Comments

  1. saya seorang ayah yang juga punya dua balita, ilmu banget nih. thank you

    ReplyDelete
  2. Nah, aku pun dulu anak pertama juga galau, secara nggak bisa masak juga. Akhirnya lagi-lagi ambil jalan pintas....

    ReplyDelete
  3. Wah, ternyata ada banyak hal ya yang harus diperhatikan. Harus banyak-banyak belajar tentang parenting nih. Terima kasih, Mbak. Postinganya informatif sekali :)

    ReplyDelete
  4. wah belajar bgt ini buat aku yang entah kapan jadi calon mama wkwkwk

    ReplyDelete
  5. makasih banyak infonya dok.
    Adik bungsu saya ada yang masih bayi, sebelum 6 bulan sudah menunjukan tanda secara psikologis. Setiap kali ada yang makan, pasti mulutnya seperti mengecap ngecap dan mengikuti arah makanan dan akhirnya oleh ibunya diberikan Mpasi. Saya sudah peringatkan juga dulu kalau belum saatnya, tapi dengan alasan kasihan, jadi diberikan.

    Melihat penjelasan dokter, semoga dia tidak obesitas, apalagi dari bayi nya juga sudah agak besar.

    ReplyDelete
  6. Selalu pingin ngeklik kalo bahasannya tentang anak-anak, Bahasan nya lengkap euy. Manfaat banget ini mah

    ReplyDelete
  7. meski belum punya anak, aku seneng banget bacain tulisan tentang parenting hihihi makasih ya kak informasinyaa~ semoga selalu teringat dan kalau lupa tahu tempat mana yg harus dikunjungi xDD

    ReplyDelete
  8. MPASI tuh emang tabtNgan bgt yaa.... Aku juga lagi proses belajar ini utk MPAsI

    ReplyDelete
  9. keren mbk... blognya cantik seperti adminnya

    ReplyDelete
  10. bener banget.. Jadi ibu baru banyak galaunya, hahaha.. Makasih sharing infonya Kak!

    ReplyDelete
  11. oh gitu ya, ternyata ada aturan gitu juga, penting buat para ibu ini supaya anak tumbuh kembang optimal

    ReplyDelete
  12. Dulu zaman anakku, empat bulan udah dikasih MPASI. Maklum pengetahuan kurang. Tapi klo gak salah thn 90-an itu, aturannya emang gitu. Bener gak ya? Lupa.

    ReplyDelete
  13. Dulu zaman anakku, empat bulan dah dikasih MPASI. Kalau nggak salah dulu aturannya gitu. Bener gak ya? Thn 90 an zaman anakku itu.

    ReplyDelete
  14. Wah info bagus buat aku yang belum jadi mom nie, ternyata madu itu ga bagus ya kak ? tambah pengetahuan nih aku,

    ReplyDelete
    Replies
    1. ngga bagus untuk bayi di bawah satu tahun aja kak, di atas 1 tahun udah boleh konsumsi madu

      Delete
  15. susah-susah gampang nih emang masalah pemberian Mpasi. Alhamdulillah masa-masa itu berhasil terlewati dengan cukup baik. dalam Mpasi ini kita sebagai ibu harus pandai berimajinasi. hihi

    ReplyDelete
  16. Aku baru tahu kalau ngasih madu, jus, dan yg Asin pada anak kurang dari stahun gak boleh ya.. Kupikir, madu itu boleh buat semua umur ^^ . Tq mbak🙏🥰

    ReplyDelete
  17. Seneng deh baca tulisan edukasi seperti ini. Supaya semakin banyak ibu-ibu yang teredukasi dengan baik.

    ReplyDelete
  18. Ngomongin mpasi pasti tdk jauh yg ditanyakan pasti soal GTM, untungnya masa2 itu sdah terlewati

    ReplyDelete
  19. Jadi ingat ponakan dulu waktu masih berumur 6 bulan kurang 2 minggu, mukanya kalau lihat makanan gitu yang bena-benar terpaku sama makanan, apalagi kalau orang sambil makan. Antara lucu, tapi kasihan, tapi ya ditahan2 karena belum genap 6 bulan.

    Setelah itu, akhirnya apa aja dicobain.. hehehe..

    ReplyDelete
  20. Ibu2 sekarang enak banget niy, banyak sumber belajar untuk kesehatan anak. Jaman dulu info terbatas, hahaha

    Teruslah mengedukasi!

    ReplyDelete
  21. Saya ngacung... Hihi
    Semakin begeser jaman semakin banyak Ilmu Kita tentang Pemberian MPASI. Sehingga bisa menolak kebiasaan yg Salah Di generasi nenek

    ReplyDelete