Looking For Anything Specific?

ads header

Tips Menjaga Kewarasan Di Tengah Pandemi

cara menjaga kewarasan

Tiga bulan bagaikan burung berada dalam sangkar membuat kewarasanku berkurang sangat banyak. Hal yang paling aku butuhkan sekarang adalah cara menjaga kewarasan agar bisa menjalani aktivitas sehari-hari dengan normal. 

Awalnya aku berharap kehidupan bisa kembali normal setelah mengurung diri dan menahan hasrat bepergian dalam rangka mematuhi peraturan PSBB dari pemerintah. Namun nyatanya kasus covid-19 di Indonesia masih terus bertambah dan kurvanya semakin naik-naik ke puncak gunung karena masih banyak orang yang abai dan tidak peduli dengan covid-19 ini.

Ditambah lagi dengan banyaknya badai informasi di berita dan media sosial yang belum tentu kebenarannya tapi banyak orang yang mempercayai. Beberapa berita yang sungguh membuat kepalaku cekot-cekot adalah bahwa covid-19 adalah konspirasi, virus itu sebenarnya tidak ada, dan akhir-akhir ini banyak fitnah terhadap tenaga kesehatan yang katanya mendulang banyak untung dari adanya kasus covid-19.

Walaupun aku tidak menangani pasien covid-19 secara langsung, aku bisa membayangkan perjuangan para teman sejawat yang bahkan harus mengorbankan waktu bersama keluarga hingga bertaruh nyawa. Rasanya ikut sakit hati membaca fitnah yang dilayangkan kepada mereka.

Belum lagi berita tentang new normal, PSBB yang sebelumnya sudah longgar  mulai dilonggarkan, transportasi umum mulai ramai, dan aktivitas yang mulai normal tetapi tanpa protokol yang ketat. Udah benar-benar nggak ngerti lagi deh aku. Jika keadaan terus begini kapan aku bisa pulang kampung?

Tahun ini aku terpaksa membatalkan rencana mudik. Lebaran di tanah rantau, hanya bertiga, tanpa sanak saudara terasa sangat hampa hiks. Kejenuhan dan masalah hidup lain membuat tanda-tanda stres mulai menghampiri, siklus hormonal yang berantakan, nafsu makan hilang tapi berat badan kok nggak turun juga, dan emosi sangat labil. Keinginanku untuk pulang kampung semakin memuncak tapi sepertinya harus aku tahan lagi sampai entah kapan. Jangan sampai menua di sini aja deh.

Karena itulah aku perlu mencari cara menjaga kewarasan untuk menghadapi era new normal yang entah normal atau tidak ini.

Tips Menjaga Kewarasan

Menjaga kewarasan berhubungan dengan mental health atau kesehatan mental yang juga sangat penting. Kesehatan mental yang tidak terjaga juga bisa menimbulkan gejala-gejala fisik seperti sakit kepala, sakit perut, jerawat, dan nyeri pada badan. Hal-hal yang membuat stres akan memicu produksi hormon stres atau kortisol yang mempengaruhi banyak hal, termasuk timbulnya gejala-gejala fisik. 

Oleh karena itu, tips menjaga kewarasan di bawah patut dicoba:

1. Batasi dan pilah asupan informasi

Banyaknya informasi dan berita dengan berbagai topik membuat kepalaku terasa sangat penuh dan seperti mau meledak. Dari kebanyakan berita tersebut, hanya sebagian kecil yang membuat hati terasa tentram, kebanyakan justru membuat hati semakin panas dan mendidih sehingga harus segera istighfar.

Kita tidak bisa mengontrol arus  berita dan informasi yang beredar. Apalagi sekarang akses menuju informasi  sangat mudah. Cukup nyalakan televisi atau buka media sosial maka kita akan mendapat informasi terkini dan yang trending.

Tak semua yang terkini dan trending memberikan manfaat dan terpercaya. Aku justru lebih sering dibuat sedih dan emosi oleh berita-berita yang beredar.

Berita bertambahnya kasus covid-1 dan ada lagi tenaga kesehatan yang gugur membuat hati terasa teriris. Masih banyaknya masyarakat yang sulit diatur dan ngeyel, tidak mau memakai masker, mulai ramai orang berkerumun dan nongkrong unfaedah, berjubelnya calon penumpang KRL di stasiun dan perilaku lain yang masih jauh dari new normal sangat membuat emosi jiwa.

Oleh karena itu, membatasi informasi dan berita perlu dilakukan agar tidak ikut migrain memikirkan gonjang-ganjing jagad raya ini.

2. Batasi penggunaan media sosial

Media sosial seperti twitter, instagram, dan facebook bisa menjadi badai informasi untukku. Hari ini saja ketika membuka twitter, sudah ada keributan hingga menjadi trending. Perdebatan tentang memakai masker saat olahraga pun masih berlanjut.

Duh, sepertinya memang harus puasa media sosial agar tidak ikut terpapar. Soalnya, jika sudah sedikit mengintip apa yang sedang hangat dan trending, maka tingkat kekepoan akan semakin tinggi.

Oleh karena itu media sosial bisa menjadi toxic jika tidak bijak menggunakannya. Kehidupan dan aktivitas orang lain banyak terpampang di media sosial. Bahkan rumput tetangga akan kelihatan lebih hijau jika dilihat di media sosial.

Alih-alih mendapat ilham dan hikmah dari media sosial, ketidaktenangan jiwa justru bisa menghantui ketika hidup terasa tak seindah orang-orang di media sosial itu.

"Enak banget sih dia bisa kumpul sama keluarganya, sementara aku terperangkap di tengah hamparan sawit ini."

"Enak banget sih Nia Ramadhani, walaupun punya anak tiga tapi masih langsing, kinclong dan mulus gitu kulitnya. Aku yang anak baru satu ini kok buluk banget."

"Enak banget sih itu punya jet pribadi, mau pulang kampung ga perlu nunggu Corona ilang."

Ketiga contoh di atas sebenarnya adalah ratapanku sendiri sih. Tapi, memang iya kan bahwa media sosial itu bisa menjadi racun untuk jiwa?

Iya, jika akun yang difollow tidak ada faedahnya.  Jadi, memilih apa dan siapa yang difollow juga akan berpengaruh dengan ketenangan jiwa. Oke, setelah ini langsung cus follow akun-akun  pengajian  deh, hehe. Pokoknya pilih follow akun yang benar-benar memberi faedah dan hal positif saja. Aku sendiri suka follow akun ceramah, parenting, financial  planner, dan kadang kepo tentang drakor juga, karena salah satu hiburanku adalah nonton.


3. Lakukan hobi dan hal yang bermanfaat

Melakukan hal yang disukai atau hobi tentu saja akan mendatangkan kebahagiaan sendiri. Aku suka baca novel atau nonton drama Korea sebagai hiburan. Drama Korea yang terakhir aku tonton  sampai tamat adalah "Hospital Playlist". Drama yang bercerita tentang keseruan para dokter ini sangat menghiburku, silakan baca reviewnya di sini ya.

Selain melakukan hobi yang sudah lama, mencoba hal yang baru bisa menjadi pilihan. Membuat blog dan mencoba serius menjadi blogger adalah hal yang baru aku lakukan untuk mengisi waktu selama stay at home. Blog ini bisa menjadi sarana untuk mencurahkan isi hati dan pikiran. Konon menulis adalah salah satu cara untuk self healing bukan?

4. Pikirkan dan kerjakan hal yang penting saja

Aku pernah membaca bahwa otak kita diciptakan untuk selalu memikirkan banyak hal. Ketika satu masalah selesai. maka otak akan mencari hal lain untuk dipikirkan. Aku sendiri sepertinya tidak perlu mencari-cari apa yang perlu aku pikirkan karena ada saja masalah hidup yang datang silih berganti. 

Banyak hal yang dipikirkan dan dikerjakan bisa membuat kita kewalahan. Oleh karena itu, perlu membuat skala prioritas untuk apa yang harus dan perlu  dikerjakan. Pikirkan dan kerjakan hal yang penting dan membahagiakan saja.

"Waktu terlalu berharga jika dibuang untuk hal yang tidak kita sukai. Aku ingin hidup mengerjakan hal-hal yang aku suka dan membuatku bahagia."

Begitulah kurang lebih apa yang dikatakan salah seorang tokoh di "Hospital Playlist" yang aku sangat setuju.

5. Berkumpul dan bergabung dengan komunitas yang berfaedah

Bergabung dengan orang-orang waras yang satu visi dan membuat kita lebih merasa hidup juga bisa mengembalikan kewarasan. Aku memutuskan bergabung dengan komunitas yang memacuku untuk terus belajar.

Sungguh, dengan siapa kita sering berinteraksi akan memberi pengaruh juga terhadap kewarasan. Seperti kata pepatah, berteman dengan penjual parfum maka akan ikut wangi. Jadi memilih lingkungan pertemanan yang positif juga bisa mempengaruhi kewarasan.

6. Menonton seminar atau siaran yang bermanfaat

Selama stay at home entah sudah berapa webinar dan siaran live yang aku ikuti. Aku biasanya mengikuti webinar tentang kesehatan, apalagi yang memberikan SKP secara gratis. Normalnya, seminar dengan SKP memasang tarif ratusan ribu. SKP ini digunakan untuk memperpanjangg surat tanda registrasi untuk tenaga kesehatan. Jadi, lumayan banget deh jumlah SKP yang sudah kukumpulkan selama pandemi ini.

Selain webinar kesehatan, aku juga suka menonton siaran live yang bertema parenting, mental health dan pengembangan diri. Banyak akun parenting di instagram yang sering mengadakan siaran live. Sedangkan untuk pengembangan diri, biasanya aku menonton obrolan dapur ibu yang dibawakan oleh Ibu Septi Peni, founder IIP.

Untuk mental health, ada psikiater dan psikolog yang rajin siaran live di instagram. Aku suka menonton live ala-ala seminar motivasi oleh dr Andreas SpKJ dan psikolog Nago yang menyebut diri mereka leader, mereka sangat kocak dan memberikan insight lain dalam suatu isu. Mendengarkan ahli jiwa bercuap-cuap bisa menjadi jalan menjaga kewarasan juga.


Menjaga kewarasan adalah hal yang penting. Tanpa kewarasan, bagaiman kita bisa menjalani hidup? Yuk cari cara menjaga kewarasan versimu.


Post a Comment

0 Comments