Apa yang terbayang begitu mendengar
kata helikopter? Pesawat terbang berukuran kecil yang terbang tak terlalu tinggi
sehingga masih bisa melihat kondisi di bawah? Atau pesawat berbaling-baling
yang sering digunakan untuk water bombing
ketika kebakaran hutan? Helicopter parenting diambil dari istilah tersebut,
seakan selalu terbang melayang di atas kepala anak untuk mengawasi anak.
Orangtua dengan pola asuh helikopter selalu melibatkan diri dalam urusan anak,
bahkan menentukan setiap pilihan anak.
Setiap orangtua pasti
menginginkan yang terbaik untuk anaknya, sehingga ingin selalu memastikan bahwa
anak baik-baik saja dan bertindak dengan benar. Sebagai orangtua, pastinya
tidak ingin melihat anak sedih, kecewa, dan gagal. Oleh karena itu, semua usaha
terbaik akan dikerahkan demi kebahagiaan dan kesuksesan anak. Namun, keinginan tersebut
akan membuat orangtua menjadi over
protective. Semua hal yang dilakukan anak harus selalu dalam kendali
orangtua, misalnya saat menentukan jurusan sekolah, dengan siapa anak harus
berteman, ekstrakurikuler apa yang harus dipilih, dan lainnya. Hal tersebut
termasuk ciri-ciri helicopter parenting.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang helicopter parenting, berikut ciri-ciri helicopter parenting yang perlu orangtua ketahui
- Tidak
membiarkan anak bebas bermain dan bereksplorasi
Anak-anak
selalu merasa ingin tahu dengan lingkungan sekitarnya, sehingga ingin
mengeksplor semua hal yang membuat penasaran. Anak-anak juga cenderung tidak
bisa "diam" saja, pasti ada keinginan untuk bermain di luar dan
bersama teman sebayanya. Orangtua yang over
protective tidak akan membiarkan anaknya terlalu bebas bermain. Mereka
terlalu khawatir jika terjadi hal yang tidak diinginkan terhadap anaknya,
misalnya terjatuh saat bermain. Sehingga orangtua akan selalu mengawasi anak
dan tidak membiarkan anak bebas bermain. Selain itu, orangtua dengan tipe helicopter parenting akan memutuskan apa
yang boleh dimainkan anak.
- Selalu
ingin tahu dan mengecek aktivitas harian anak
Orangtua
memang seharusnya mengetahui apa saja aktivitas sehari-hari anaknya. Dengan
begitu orangtua tahu bahwa anaknya tidak melakukan hal-hal yang salah. Namun,
terlalu ingin tahu kegiatan anak bahkan dalam setiap menit dan jamnya adalah
salah satu ciri-ciri helicopter parenting. Orangtua selalu memastikan apa yang
dilakukan oleh anaknya. Bahkan tidak ragu untuk selalu mengikuti kemana pun
anaknya pergi hanya untuk memastikan bahwa anaknya baik-baik saja atau
mengamati interaksinya dengan teman-temannya.
- Memaksakan
keputusan saat anak menentukan pilihan
Dalam setiap
fase hidup ada banyak pilihan yang harus ditentukan. Misalnya ingin bersekolah
di mana, mengambil jurusan apa, atau akan mendaftar ekstrakurikuler apa.
Orangtua dengan pola asuh helikopter akan ikut campur saat anak menentukan
pilihannya dan akan memilihkan apa yang menurutnya terbaik untuk anaknya. Hal
itu akan membuat anak tidak bisa menentukan pilihannya sendiri bahkan hingga
dewasa, hanya mengikuti keputusan orangtua. Hal ini tentunya akan berpengaruh
pada kedewasaan anak kelak.
- Ikut
campur dalam setiap urusan anak
Orangtua
dengan helicopter parenting selalu
ingin tahu apa yang dilakukan anaknya. Jika ada yang tidak sesuai dengan
kehendaknya, orangtua akan ikut campur. Misalnya saat anak bertengkar dengan
temannya, maka orangtua akan ikut campur, bahkan tak segan memarahi temannya. Dengan
begitu anak tidak akan bisa menyelesaikan masalahnya sendiri karena orangtua
selalu ikut campur. Hal itu juga akan mempengaruhi mentalnya saat dewasa ketika
menghadapi masalah.
- Terlalu
mengekang anak
Keinginan
untuk selalu terlibat dalam kehidupan anak akan membuat orangtua terlalu
mengekang anaknya. Orangtua menganggap mereka yang lebih tahu apa yang terbaik
untuk anaknya sehingga selalu mendikter apa yang harus dilakukan oleh anaknya
dan apa yang tidak boleh dilakukan. Terlalu dikekang bisa membuat anak tidak
bahagia.
Itulah
beberapa ciri-ciri helicopter parenting.
Banyak efek negatif yang akan dialami anak jika orangtua terlalu mengaturnya.
Anak tidak akan mandiri dan akan berpengaruh dalam kehidupannya saat dewasa
kelak. Melindungi anak memanglah kewajiban orangtua, tetapi tentu ada
batasannya, tidak perlu menjadi over protective. Menjadi orangtua bukanlah hal
yang instan, karena orangtua harus mendidik anak sesuai dengan zamannya. Oleh
karena itu, orangtua juga perlu terus belajar. Yuk belajar menjadi orangtua
yang bijak.
0 Comments