Dua puluh tahun silam, tepatnya tanggal 20 Juni 2001 seorang perempuan di Texas menelpon polisi dan meminta polisi datang ke rumahnya. Saat itu, suaminya sedang bertugas di luar kota. Ia hanya di rumah bersama kelima anaknya. Ia juga menghubungi suaminya dan memintanya untuk pulang. Suaminya pun bertanya, "Apakah ada yang sakit?" Ia menjawab, "Ya, kelima anak."
Beberapa saat sebelum menelpon polisi dan suaminya, perempuan yang bernama Andrea Yates tersebut mengisi bathub kamar mandinya hingga penuh. Lalu, ia membawa anak-anaknya satu persatu, mulai dari anak yang berusia 2 tahun, 3 tahun, 5 tahun, 6 bulan, dan terakhir anaknya yang berusia 7 tahun. Ia menenggelamkan anak-anaknya ke bathub satu per satu. Ya, MENENGGELAMKAN hingga kelima anaknya meninggal. Ia kemudian meletakkan jenazah anak-anaknya di atas tempat tidur, kecuali anaknya yang berusia 7 tahun yang masih mengambang di bathub, tak bernyawa.
Polisi langsung mengamankan Andrea Yates. Kejadian nahas itu pun menggemparkan masyarakat. Bagaimana mungkin seorang ibu tega menenggelamkan anak-anaknya sendiri hingga nyawa mereka tak tertolong?
Jika dipikir dengan akal sehat dan hati nurani, tentu kita tidak pernah dan tak sanggup membayangkannya. Namun, berbeda dengan yang ada di pikiran Andrea Yates saat itu. Andrea berpikir bahwa ia telah menyelamatkan anak-anaknya dari setan dan mengirimkannya ke surga.
Andrea Yates adalah seorang ibu rumah tangga. Anaknya yang paling besar tidak pergi ke sekolah formal, tetapi homeschooling. Andrea sendiri yang mendidik dan mengajarinya, sambil mengasuh ke-4 anaknya yang lain. Tidak ada pengasuh atau asisten rumah tangga yang membantu pekerjaannya. Setiap 2-3 jam ia harus menyusui anaknya yang masih bayi dan hanya tidur sebentar di malam hari.
Andrea Yates didiagnosis menderita depresi post partum dan psikosis sebelum kejadian itu terjadi. Beberapa tahun sebelumnya ia juga pernah menderita gangguan depresi dan beberapa kali mencoba untuk bunuh diri. Peristiwa tersebut membuat kondisi depresi post partum menjadi sorotan dan lebih diperhatikan.
Baby Blues dan Depresi Post Partum Itu Nyata Adanya
Kasus Andrea Yates bukanlah satu-satunya kasus pembunuhan yang dilakukan oleh ibu kandung sendiri. Jika kita ketikkan di situs pencarian, ada banyak kasus serupa. Sebagian ibu yang melakukan hal keji tersebut menderita depresi post partum.
Tak perlu jauh-jauh di Texas, peristiwa serupa yang dilakukan oleh Andrea Yates pernah terjadi di negara kita, Indonesia. September 2019 lalu, seorang ibu di Bandung membunuh anaknya sendiri yang baru berusia 3 bulan. Ia diduga mengalami depresi post partum.
Haruskah menunggu kejadian serupa terulang lagi agar masyarakat percaya bahwa baby blues dan depresi post partum itu nyata adanya?
Membunuh anak kandung adalah perbuatan yang sangat keji. Bahkan binatang pun menyayangi anaknya. Namun, ternyata ada sebuah kondisi di mana seorang ibu menjadi sangat rapuh hingga bisa mendorongnya berbuat di luar nalar. Kondisi tersebut disebut dengan baby blues dan depresi post partum.
Perubahan hormon paska melahirkan, kelelahan, stres, kurang tidur, dan kesulitan beradaptasi dengan peran baru sebagai ibu diyakini menjadi pemicu terjadinya baby blues dan depresi post partum.
Baby blues merupakan gangguan psikologis yang dialami oleh ibu yang baru melahirkan. Gejala yang dialami antara lain perasaan sedih, mudah marah, kelelahan, sulit berkonsentrasi, gelisah, dan menangis tanpa sebab yang jelas. Baby blues bisa terjadi sejak setelah melahirkan dan bisa bertahan sampai dua minggu paska melahirkan.
Baby blues syndrom bagai fenomena gunung es. Sebagian besar penderitanya tidak menyadari bahwa mereka sedang mengalami baby blues, sehingga tidak segera mendapat penanganan yang tepat. Di Indonesia, sekitar 80% ibu paska melahirkan mengalami baby blues. Di masyarakat kita pun baby blues syndrom belum terlalu dikenal. Gejala baby blues yang dialami ibu paska melahirkan dianggap wajar dan normal terjadi sehingga tidak perlu penanganan yang khusus.
Jika setelah 2 minggu gejala baby blues tidak membaik, maka perlu waspada terjadinya depresi post partum atau depresi paska melahirkan. Gejala depresi post partum lebih parah dari baby blues. Ibu bisa merasa putus asa, tidak berharga, enggan merawat bayinya, bahkan bisa timbul pikiran untuk menyakiti diri sendiri dan anaknya.
Jika depresi post partum tidak segera ditangani, maka berisiko menjadi psikosis post partum. Ibu yang mengalami psikosis post partum bisa mengalami halusinasi dan delusi, misalnya ibu mendengar adanya bisikan atau keyakinan bahwa ia bukan ibu yang baik, sehingga sebaiknya anaknya diantarkan ke surga, seperti yang dialami oleh Andrea Yates. Tentu saja hal ini bisa membahayakan diri sendiri dan bayi.
Beberapa hari lalu, saya membaca sebuah artikel di popmama.com yang menceritakan kisah Acha Sinaga yang mengalami baby blues. Acha Sinaga yang merantau ke Australia bersama keluarga kecilnya, menceritakan kisah baby bluesnya melalui video YouTube. Kelelahan, anxious, khawatir berlebihan, dan merasa gagal menjadi ibu, semua dirasakan oleh Acha. Ia juga merasa menjadi mama yang jahat karena pernah membiarkan Lucas, anaknya, sendirian sampai benar-benar menangis.
"Satu sisi merasa capek jaga dia (anak) terus. Satu sisi mikirin dia makan apa, terus mikirin kalau dia nggak mau makan bisa berkembang atau nggak. Belum lagi caraku merawat sudah benar atau belum, dan banyak hal lain. Belum lagi omongan sekitar dan keluarga sekalipun aku nggak mengalami, tapi aku bisa bayangin hal itu," ucap Acha Sinaga.
Untuk mengatasi hal yang dirasakannya, Acha mencari support system agar gejalanya tidak semakin parah. Ia menganjurkan untuk menghubungi orang terdekat yang bisa diajak cerita tanpa menghakimi. Jika tidak ada, maka bisa mencari bantuan profesional atau psikolog.
Mama, Kamu Bukan Wonder Woman, Sah-sah Saja Jika Membutuhkan Bantuan dan Support System
"Seorang ibu harus piawai mengurus anak, suami dan rumah."
Ibu adalah sosok yang sempurna, bisa segalanya, tahu segala hal, dan tidak boleh sakit, pokoknya seperti wonder woman. Begitulah pandangan sebagian masyarakat. Ada yang tidak beres sedikit saja pada anak, suami, dan rumah tangga, ibu yang disalahkan.
Rumah berantakan, ibu dianggap tidak cekatan beres-beres rumah. Anak sakit, ibu dianggap tidak pandai menjaga anak. Anak kurus, ASI ibu yang dianggap kurang bagus. Sering beli makan di luar, dicap tidak pandai masak. Penampilan suami kurang necis, dianggap tidak bisa merawat suami. Sehari-hari ibu cuma pakai daster, bau susu sama bawang pula, dianggap tidak bisa mempercantik diri, ditambah dengan celetukan, "Nanti suami kamu selingkuh, lho." Jadi wanita karir salah, dianggap lebih mementingkan materi. Jadi ibu rumah tangga dibilang menyia-nyiakan pendidikan. "Apa nggak sayang ijazahnya?" begitu mereka bertanya.
Capek nggak, sih, mendengar komentar seperti di atas? Saya pasti pilih tutup telinga jika ada yang memberikan komentar tidak penting tentang hidup saya.
Pandangan bahwa ibu adalah sosok yang sempurna bak malaikat menjadi beban bagi para ibu. Ibu merasa harus bisa segalanya agar mendapat cap jempol dari orang-orang sekitar. Akhirnya, ibu memaksakan diri untuk mengerjakan semua sendiri hingga melupakan kesejahteraan diri sendiri.
Lalu apa yang terjadi jika ibu tidak berhasil memenuhi ekspektasi masyarakat? Ibu yang baru melahirkan bisa mengalami baby blues hingga depresi post partum. Ibu lain pun bisa mengalami stres hingga depresi.
Bukankah sudah saatnya kita mengubah pandangan ini? Ibu bukanlah makhluk yang sempurna karena kesempurnaan hanya milik Tuhan. Ibu tidak harus piawai melakukan semua pekerjaan. Ibu juga berhak istirahat dan me time. Ibu bukanlah wonder woman. Ibu boleh mencari bantuan dan support system.
Seharusnya para orang tua saling membantu. Bukannya saling menjatuhkan dan saling nyinyir. Sudah saatnya parents support parents, terlebih di situasi yang masih diselimuti pandemi seperti ini. Seperti yang dikatakan Acha Sinaga, ibu perlu mencari support untuk mencegah dan mengatasi baby blues. Tentu kita tidak ingin kejadian Andrea Yates terulang, bukan?
Popmama Parenting Academy 2021 Sebagai Support System Orang Tua
Sejak menikah dan hamil, saya suka mencari ilmu seputar rumah tangga, parenting, kesehatan anak, keluarga, dan lainnya. Apalagi sekarang saya sedang hamil kedua, jadi saya harus meng-update ilmu tentang kehamilan, persalinan, dan seputar perawatan bayi.
Anak pertama saya lahir dengan
operasi caesar darurat karena ketuban pecah dini. Saya tidak menyangka akan melahirkan dengan operasi caesar karena selama kontrol kehamilan semua baik-baik saja. Oleh karena itu, saya tidak ada persiapan sama sekali untuk menghadapi operasi. Saya tidak tahu bahwa menjalani operasi caesar dan masa pemulihan paska operasi caesar begitu penuh perjuangan.
Oh, sungguh keliru mereka yang menganggap ibu yang melahirkan secara sesar adalah ibu yang tidak sempurna hanya karena tidak merasakan perjuangan sakitnya melahirkan secara normal. Mau melahirkan secara normal atau sesar, ibu tetap berjuang.
Bekas jahitan yang masih
cenut-cenut, tidak bisa langsung leluasa bergerak, bayi yang terus-menerus menangis karena belum lancar menyusu, payudara yang nyeri karena baru pertama
menyusui, ditambah suasana hati yang tidak karuan membuat saya stres. Belum lagi banyak selentingan yang beredar menyebutkan bahwa ibu yang melahirkan secara sesar itu terkena gangguan jin. Walaupun orang-orang terdekat saya tidak ada yang nyinyir perkara operasi caesar, tetapi postingan yang viral di facebook itu tetap mengganggu saya.
Setelah pulang ke rumah, beberapa kali saya merasa sedih bahkan tiba-tiba menangis sendiri. Padahal saat itu ada keluarga yang bergantian datang membantu saya mengurus diri dan bayi saya. Namun, fisik dan jiwa rasanya tetap amburadul. Sepertinya saat itu saya mengalami yang namanya baby blues.
Tentu saja saya tidak ingin hal itu terulang. Oleh karena itu, saya perlu membekali diri dengan ilmu dan mempersiapkan diri lahir dan batin. Saya membutuhkan support system yang bisa mendukung saya melalui masa kehamilan, persalinan, dan belajar jadi ibu yang baik.
Beruntungnya ada popmama.com dan di Bulan Desember 2021 nanti Popmama Parenting Academy akan digelar. Wah, pas sekali waktunya karena beberapa bulan lagi saya akan melahirkan, tidak perlu bingung mencari platform untuk meng-update ilmu. Ada apa saja ya di Popmama Parenting Academy 2021?
Popmama.com Media Belajar Para Orang Tua
Popmama.com adalah media online untuk berbagi informasi tentang dunia parenting, ilmu, serta saran dari para pakar. Popmama sangat cocok untuk para orang tua millennial karena kontennya disajikan secara berbeda dari media konvensional.
Tak hanya berupa tulisan, popmama juga menyediakan konten berupa visual, video, list, dan humor sehingga tidak terasa membosankan. Sangat sesuai dengan selera millennial, bukan? Hal itu sejalan dengan visi popmama.com, yaitu menjadi media online yang paling mengerti kebutuhan orang tua millennial.
Popmama tidak hanya untuk para ibu. Para ayah dan calon orang tua pun bisa belajar dari popmama. Mendidik anak adalah tanggung jawab bersama, bukan? Jadi, bukan hanya ibu yang harus belajar dong. Belajar parenting seharusnya tidak dimulai setelah punya anak, tetapi jauh sebelumnya. Tumbuh kembang anak tidak dimulai ketika ia lahir, sejak di dalam kandungan pun sudah menentukan pertumbuhan anak. Oleh karena itu, kita perlu membekali diri ketika merencanakan kehamilan.
Berbagai Fitur di Popmama.com
Ketika membuka popmama.com, kita akan disajikan beberapa artikel terkini dan artikel yang sedang trending. Di bagian atas ada beberapa kategori yang bisa dipilih, yaitu #covid-19, community, pregnancy, baby, kid, big kid, dan life. Jadi, kita bisa membaca artikel yang up to date seputar serba-serbi kehamilan, bayi, anak, relationship, kesehatan, lifestyle, hingga kecantikan dan fashion. Berita terkini seputar covid-19 pun tersedia. Wah, lengkap sekali ya, Bun?
Ada popmama community juga sebagai tempat berkumpulnya para orang tua. Di komunitas ini, kita bisa ngobrol atau bertanya apa saja. Jika ingin berkonsultasi seputar parenting kepada pakarnya, ada fitur tanya ahli.
Nah, daripada bertanya ke sembarang orang, mending bertanya di komunitas popmama dan memanfaatkan fitur tanya ahli. Apalagi jika bertanya di media sosial jawaban orang-orang suka ngalor-ngidul, bahkan ada yang berujung mom shaming. Duh, enggak banget, deh.
Popmama juga sering mengadakan kontes dengan hadiah yang menarik, lho. Kontesnya juga bukan abal-abal, beberapa bisa menjadi sarana bonding dan quality time bersama anak. Misalnya, yang sudah berlalu ada kontes olahraga seru ayah bersama anak, kontes aku sayang mama dan papa, kontes ramadan seru bersama, dan masih banyak lagi. Sudah mendapat ide untuk bonding bersama keluarga, berkesempatan mendapat hadiah pula. Kita nantikan kontes selanjutnya, yuk!
Selain komunitas dan konten yang menarik, popmama juga menyediakan beberapa
tools yang bisa digunakan para ibu. Ada
due date calculator untuk memperkirakan perkiraan hari lahir si kecil jika ibu sedang hamil,
ovulation calculator untuk mencari tahu kapan masa subur ibu,
pregnancy weight gain calculator untuk menghitung pertambahan berat badan ibu selama hamil normal atau tidak, dan
baby names finder untuk membantu ibu mencari inspirasi nama anak. Pokoknya paket komplit deh.
Popmama juga rutin mengadakan acara tahunan yang bertaburan ilmu dan kegiatan menarik, lho. Wah apa tuh?
Popmama Parenting Academy 2021, Parents Support Parents
Understand what is happening in the world, how it will unfold, then you will be prepared to face parenting challenges. Do not fret, Mama, you are not alone!
Itulah kalimat terakhir ketika saya membuka halaman history of Popmama Parenting Academy. Entah kenapa saya suka sekali dengan kalimat itu, seperti ada yang menguatkan bahwa kita tidak sendiri.
Sejurus dengan kalimat tersebut, popmama berusaha memberikan dukungan dan support kepada para orang tua millennial. Tak hanya memberikan konten secara rutin di popmama.com, ada juga acara tahunan yang bertajuk "Popmama Parenting Academy".
Popmama Parenting Academy adalah tempatnya para keluarga millennial dalam mencari ilmu, hiburan, serta pengalaman menarik. Sejak tahun lalu, Popmama Parenting Academy diadakan secara online. Pandemi covid-19 tidak menyurutkan tim popmama untuk tetap mengedukasi. Nah, tahun ini, Popmama Parenting Academy mengusung tagline "Parents Support Parents".
Ada Apa Saja di Popmama Parenting Academy 2021?
Popmama Parenting Academy 2021 akan dilaksanakan pada 1-31 Desember 2021. Acaranya diadakan secara online, jadi di mana pun ayah dan ibu berada tetap bisa mengikuti rangkaian acaranya. Ada banyak acara menarik yang sayang banget untuk dilewatkan.
|
Rangkaian Acara POPAC 2021 |
Rangkaian Webinar dan Kuliah Whatsapp
Menjadi orang tua itu tidak ada sekolahnya. Oleh karena itu, para orang tua dan calon orang tua perlu mencari sekolah sendiri untuk membekali diri sebelum membangun sebuah keluarga.
Popmama Parenting Academy adalah "sekolah" yang pas untuk para orang tua dan calon orang tua millennial. Beberapa narasumber yang kompeten dihadirkan untuk berbagi ilmu seputar parenting. Bocoran narasumbernya bisa dilihat di instagram popmama parenting academy. Yang pasti ada psikolog, dokter spesialis anak, financial planner, dan storyteller. Gimana nih, Ma? Penasaran kan?
Kapan nih jadwalnya? Wah, sabar. Rajin-rajin intip sosial media popmama dan popmama parenting academy untuk mengetahui jadwalnya.
|
Narasumber POPAC 2021 |
Content Series
Selain webinar dan kulwap, ada content series yang menyajikan banyak ilmu dan informasi dengan visual yang menarik. Saya sudah membaca beberapa infografis yang disajikan di instagram Popamama Parenting Academy. Ada berbagai tips, informasi, dan ide kegiatan untuk anak juga. Informasinya daging semua, bergizi. Segera follow saja ya agar tidak ketinggalan.
Community Awards
Popmama ingin memberikan penghargaan bagi komunitas yang programnya memberikan dampak positif bagi anggotanya dan masyarakat di luar komunitasnya. Community awards kali ini, ada dua kategori yaitu supportive community dan educative community. Jika ibu mempunyai komunitas yang sesuai dengan kriteria, segera daftarkan ya.
Tunjukkan bukti gerakan dan aktivitas yang sudah dilakukan oleh komunitasnya. Jangan lupa lengkapi dengan data pengurus serta foto-foto kegiatan yang sudah dilaksanakan. Komunitas yang terpilih akan mendapat hadiah yang menarik, lho.
Popmama Little Star 2021
Nah, ini saatnya ibu mencari dan menunjukkan bakat si kecil. Jika anak ibu berusia 7-14 tahun, bisa banget ikut kontes ini, boleh menari, menyanyi, akting, olahraga, dll. Caranya mudah, ibu hanya perlu merekam si kecil menunjukkan bakatnya, meng-upload ke instagram dan mendaftarkannya.
Lomba Blog
Tak hanya si kecil yang bisa ikut kontes. Ada juga lomba blog yang terbuka untuk umum. Jika ibu hobi menulis dan mempunyai blog, ini saatnya menunjukkan karya. Deadline-nya akhir bulan ini, lho. Yuk, cuss buka blognya dan segera tuangkan isi hati mama. Ssst, pemenang kontesnya mendapat hadiah menarik, lho.
Donasi untuk Anak-anak yang Terdampak Covid-19
Angka kematian akibat covid-19 di Indonesia bukanlah sekadar statistik. Tingginya angka kematian tersebut menyebabkan ribuan generasi penerus Indonesia menjadi yatim/piatu. Oleh karena itu Popmama Parenting Academy mengajak kita untuk beramal. Dana yang dikumpulkan akan digunakan untuk membantu kebutuhan sehari-hari dan pendidikan anak-anak yang kehilangan orang tuanya karena covid-19. Semoga uluran tangan kita bisa membantu masa depan mereka.
Jangan Sampai Ada Andrea Yates yang Lain, Yuk Saling Support
Gimana, nih, setelah mengetahui rangkaian acara Popmama Parenting Academy 2021? Pasti semakin tertaik untuk ikutan. Di Popmama Parenting Academy, ibu bisa mendapat support system berupa:
1. Ilmu yang valid
Jauh sebelum memutuskan untuk mempunyai anak, kita perlu membekali diri dengan ilmu. Kini kita semakin mudah mengakses informasi dari internet. Namun, tak semua informasi yang beredar adalah valid dan benar. Banyak juga hoax dan ilmu ngasal yang dibagikan di internet.
Sebagai orang tua, kita perlu memilah dan memilih sumber informasi. Terlebih lagi ilmu seputar parenting dan kesehatan. Efeknya berlaku sampai jangka panjang, lho. Nah, di Popmama Parenting Academy, ilmunya langsung dibagikan oleh narasumber yang sudah ahli di bidangnya. Jadi, tak perlu khawatir salah arus.
2. Komunitas yang saling mendukung
Setelah menikah dan punya anak, mungkin lingkaran pertemanan ibu menjadi lebih kecil. Tak seperti dulu ketika masih single. Namun, ibu tak perlu berkecil hati. Ibu bisa bergabung dengan komunitas parenting agar mendapat circle yang seperjuangan. Jangan ragu untuk bergabung dengan popmama community.
3. Ibu bisa bertanya langsung kepada ahli
Kata si A harus begini, tapi kata si B harus begitu. Mana yang benar? Pernahkah ibu merasa bingung mengambil pilihan dalam hal parenting? Jika begitu, maka ibu harus bertanya kepada yang mempunyai ilmunya agar tidak salah jalan. Nah, di popmama ibu bisa berkonsultasi langsung kepada ahli parenting. Jadi, jika kegalauan melanda, jangan ragu untuk bertanya ya. Malu bertanya sesat di jalan, bertanya ke salah orang bisa lebih tersesat.
4. Buku Panduan Pengasuhan Generasi Pandemi
Generasi pandemi melalui perjalanan yang berbeda dari generasi sebelumnya. Oleh karena itu, popmama mengambil peran dengan membuat sebuah buku panduan. Agar dapat memberikan panduan yang mudah diterapkan dan mempunyai landasan ilmu yang sahih, popmama melibatkan beberapa pakar dan ahli dalam membuat buku panduan ini.
Ada empat pilar bahasan yang akan dimuat dalam buku panduan ini, yaitu pendidikan anak, kesehatan anak, keuangan keluarga, dan pencegahan kekerasan pada anak. Dalam penyusunan bukunya, tim popmama juga melakukan penelitian yang dibantu oleh anggota komunitas popmama agar bahasannya lebih tepat sasaran.
Buku ini akan terbit dalam bentuk e-book dan bisa diunduh secara gratis di popmama.com. Penasaran? Nantikan informasinya di popmama.com ya.
Nah, itulah support system yang bisa kita dapatkan di Popmama Parenting Academy. Selain itu, tentu saja ibu juga membutuhkan orang-orang terdekat sebagai support system. Bisa suami, keluarga, atau sahabat yang siap memeluk dan mendukung ibu kapan saja. Selalu ingat bahwa ibu tidak sendiri. Jangan ragu untuk meminta bantuan dan jangan menanggung semua beban sendiri, ya. Karena ibu juga manusia biasa yang bisa merasa lelah dan butuh istirahat, ibu bukan wonder woman.
Tentunya kita tidak mau tragedi Andrea Yates terulang kembali. Karena itu, sudah seharusnya sesama orang tua saling support dan menguatkan. Jika tidak bisa memberi bantuan, setidaknya jangan nyinyir atau berkomentar negatif.
Jika ibu merasa sendiri, kelelahan, dan kewalahan dengan semua tanggung jawab, jangan ragu untuk mencari bantuan. Dengan semakin berkembangnya teknologi jarak yang membentang bukanlah menjadi suatu masalah untuk mencari support. Ada Popmama Parenting Academy yang siap menjadi support system ibu. Jadi, jangan merasa sendiri ya, Bu. Terima kasih Popmama Parenting Academy, teruslah berinovasi untuk memberikan support kepada seluruh orang tua. Semoga semakin sukses.
Sumber Referensi:
https://www.oprah.com/omagazine/andrea-yates-a-cry-in-the-dark
https://abc13.com/andrea-yates-rusty-george-parnham-clear-lake-texas/10802560/
https://www.alodokter.com/
https://www.popmama.com/
https://popac.popmama.com/
0 Comments