Looking For Anything Specific?

ads header

Rekomendasi Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil yang Normal


rekomendasi kenaikan BB ibu hamil


"Kamu kan lagi hamil makan yang banyak, kan makan buat berdua sekarang." Sering mendengar kalimat tersebut? Enggak salah sih, tapi bukan berarti porsi makannya jadi dua kali lipat ya, Bun. Walau lagi hamil, berat badannya tetap harus dikontrol sesuai dengan rekomendasi kenaikan berat badan ibu hamil yang normal.

Selama hamil, kebutuhan gizi memang bertambah. Janin di dalam rahim membutuhkan asupan nutrisi agar bisa tumbuh dan berkembang secara normal. Tubuh ibu hamil pun membutuhkan energi yang lebih banyak untuk menopang kehamilan. Oleh karena itu, ibu hamil perlu makan lebih banyak dari biasanya dan menjaga kenaikan berat badannya.

Nah, para calon ibu dan calon bapak sudahkah mengetahui berapa rekomendasi kenaikan berat badan ibu hamil yang normal? Eh, kenapa calon bapak segala? Iya dong, kan selama istri hamil para suami harus bertanggung jawab dan menjadi suami siaga. Betul apa betul?


Rekomendasi Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil

Rekomendasi kenaikan berat badan selama hamil ditentukan oleh Body Mass Index (BMI)/ Indeks Masa Tubuh (IMT) sebelum hamil. Oleh karena itu, kenaikan berat badan antara ibu hamil bisa berbeda-beda. Jadi, untuk mengetahui berapa kenaikan berat badan saat hamil yang dianjurkan, perlu tahu dulu BMI sebelum hamil.

BMI dihitung dengan rumus berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan kuadrat (meter). Misalnya, seorang ibu dengan berat badan sebelum hamil 50 kg dan tinggi badan 1,5 meter. Maka BMI ibu tersebut adalah 50/1,5 kuadrat. Dari perhitungan tersebut, didapatkan hasil BMI 22,2. Setelah mengetahui BMI sebelum hamil, maka kita bisa melihat kisaran rekomendasi kenaikan berat badan ibu hamil.

Ibu Hamil Janin Tunggal

Menurut Institute of Medicine Amerika Serikat, rekomendasi kenaikan berat badan ibu hamil dengan janin tunggal adalah sebagai berikut:

Sebelum Hamil Underweight

Ibu yang memiliki BMI sebelum hamil kurang dari 18,5 (underweight), maka selama masa kehamilan disarankan untuk menaikkan berat badan antara 12,5 - 18 kg. Pertambahan berat badan tiap trimester tidak sama. Pada trimester pertama, janin masih berukuran sangat kecil. Oleh karena itu, kenaikan berat badannya tidak perlu terlalu banyak. Namun, ibu harus mengkonsumsi makanan bergizi karena organ-organ janin sedang tumbuh dan berkembang. Pada trimester kedua dan ketiga, pertambahan berat badan yang disarankan adalah sekitar 0,5 kg per minggu. 

Sebelum Hamil Normal 

Untuk ibu yang mempunyai BMI sebelum hamil 18,5 - 24,9 (normal), maka kenaikan berat badan yang direkomendasikan selama hamil adalah 11,5 - 16 kg. Pada trimester pertama, kenaikan berat badan yang normal adalah antara 1-4 kg. Sedangkan, rekomendasi laju pertambahan berat badan selama trimester kedua dan ketiga adalah sekitar 0,3 - 0,5 kg per minggu. Jadi, total kenaikan berat badan yang disarankan pada trimester kedua dan ketiga adalah 7,2 - 12 kg.

Sebelum Hamil Overweight

Ibu dengan BMI sebelum hamil 25 - 29,9 (overwight), maka kenaikan berat badan yang disarankan adalah 7 - 11 kg. Total berat badan tersebut sebagian besar dicapai pada trimester kedua dan ketiga. Pertambahan berat badan yang disarankan pada trimester kedua dan ketiga yang dianjurkan adalah antara 0,23 - 0, 33 per minggu, yaitu 5,5 - 8 kg. Sedangkan pada trimester pertama, sebaiknya berat badan ibu tidak naik terlalu banyak. Yang penting tetap mengkonsumsi makanan bergizi.

berat badan ibu hamil


Sebelum Hamil Obesitas

Jika BMI ibu sebelum hamil adalah 30 ke atas (obesitas), maka sebaiknya kenaikan berat badannya selama hamil tidak lebih dari 5 - 9 kg. Pertambahan berat badan tersebut paling banyak dicapai ketika trimester kedua dan ketiga, yaitu 0,17 - 0,27 kg per minggu. Jadi, sisanya bisa dicapai saat trimester pertama. 

Ibu Hamil Janin Kembar

Rekomendasi kenaikan berat badan ibu hamil dengan janin kembar berbeda dengan ibu hamil janin tunggal. Tentunya ibu hamil janin kembar membutuhkan nutrisi yang lebih banyak sehingga rekomendasi kenaikan berat badannnya pun lebih banyak.

Pada kehamilan kembar, ibu dengan BMI sebelum hamil normal dianjurkan menambah berat badan antara 16,5 - 25 kg. Sedangkan ibu dengan BMI overweight perlu menaikkan berat badan antara 14 - 22,5 kg dan ibu yang obesitas dianjurkan untuk menaikkan berat badan sebanyak 11,5 - 19 kg.

Untuk Apa Saja Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil?

Rata-rata berat bayi baru lahir adalah sekitar 3-3,5 kg. Lantas, mengapa ibu hamil perlu banyak menaikkan berat badan? Ternyata, kenaikan berat badan ibu hamil tidak hanya karena janin saja, lho. Untuk menunjang kehamilan, ibu akan mengalami banyak perubahan tubuh. Rahim ikut membesar mengikuti ukuran janin, cairan ketuban terbentuk untuk melindungi janin, payudara semakin membesar karena bersiap untuk menyusui, volume darah ibu juga bertambah untuk menyuplai janin.

Dilansir dari alodokter, kenaikan berat badan ibu hamil tersebut terjadi karena berat janin 3-3,6 kg, air ketuban 1 kg, placenta 0,5 - 1 kg, rahim 1 kg, payudara 1 kg, pertambahan volume darah 1,5 - 2 kg, pertambahan volume cairan 1,5 - 2 kg, dan cadangan lemak untuk persiapan menyusui 3 - 4 kg. Tak heran bukan jika berat badan ibu hamil bertambah banyak.


Risiko Jika Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil Tidak Sesuai Rekomendasi

Bagaimana jika pertambahan berat badan saat hamil tidak sesuai rekomendasi? Kenaikan berat badan yang berlebih atua kurang saat hamil mempunyai beberapa risiko yang bisa membahayakan ibu dan janin.

Risiko Berat Badan Berlebih Saat Hamil

Gangguan kesehatan dan komplikasi kehamilan bisa terjadi jika berat badan ibu hamil berlebih. Berikut beberapa risiko yang mengancam ibu hamil dengan berat badan berlebih:

1. Diabetes Gestasional

Kalian pasti sudah tahu apa itu diabetes, bukan? Penyakit akibat kadar gula darah berlebih ini bisa menyerang ibu hamil, namanya adalah diabetes gestasional. Sayangnya, penyakit ini tidak bisa hilang begitu saja setelah melahirkan, bisa berlanjut menjadi diabetes tipe 2 di kemudian hari jika tidak ditangani dengan betul. Mengobati diabetes tidak hanya dengan obat, tetapi juga perlu perubahan gaya hidup. Batasi konsumsi gula dan tentu saja perlu rajin olahraga untuk membakar kalori.

2. Preeklamsia

Preeklamsia adalah tekanan darah yang tinggi pada ibu hamil, disertai dengan adanya protein dalam urin. Normalnya, urin kita tidak mengandung protein. Namun, karena tensi yang tinggi, fungsi ginjal bisa terganggu sehingga terdapat protein yang "bocor" dan terkandung dalam urin. Ibu hamil yang mengalami preeklamsia umumnya harus melahirkan dengan operasi caesar.

3. Makrosomia

Makrosomia adalah janin dengan berat badan yang berlebih. Tentu kita tahu bahwa asupan makanan ibu hamil akan disalurkan kepada janin. Jika selama hamil ibu tidak menjaga pola makan dan makan berlebih, maka si jabang bayi di dalam perut juga mendapat "makanan" berlebih. Berat badannya janin pun kian bertambah melebihi normal. 

Jika ukuran janin terlalu besar, maka akan sulit untuk melahirkan per vaginam (melalui vagina). Bayi bisa tersangkut di jalan lahir, dan ibu berisiko mengalami perdarahan.

Selain ketiga kondisi di atas, berat badan berlebih saat hamil juga berisiko menyebabkan kelainan bawaan pada bayi, kelahiran prematur, dan keguguran.

Risiko Berat Badan Kurang Saat Hamil 

Apa yang terjadi jika kita kekurangan asupan makanan bergizi? Tentu saja nutrisi yang masuk ke tubuh juga kurang, berat badan kurang, dan akhirnya jadi malnutrisi alias kurang gizi. Bayangkan jika hal itu terjadi pada ibu hamil! Dampaknya bukan ke ibu saja, tapi juga ke janin yang dikandung.

Gizi adalah komponen yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan. Jika berat badan saat hamil kurang dan terjadi malnutrisi, bagaimana janin bisa tumbuh dan berkembang? Banyak bahaya mengintai jika ibu hamil mengalami berat badan yang kurang. Apa saja?

1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Hal ini bisa terjadi jika selama di dalam kandungan terjadi kurang gizi. Salah satu penyebab kurangnya gizi janin adalah karena asupan gizi ibu kurang. Akibatnya, tak banyak yang bisa disalurkan ke janin.

Bayi yang lahir dengan berat badan rendah rentan terkena berbagai penyakit dan infeksi. Pertumbuhan dan perkembangan bayi juga bisa terhambat. Jika nutrisi yang penting bagi otak tidak terpenuhi, maka tingkat kecerdasannya juga bisa kurang sehingga mengalami kesulitan dalam belajar.

2. Pertumbuh Janin Terhambat

Berat badan serta pertumbuhan janin dapat dipantau melalui pemeriksaan USG saat hamil. Oleh karena itu, ibu hamil harus memeriksakan kondisi kehamilannya secara rutin agar dapat memantau pertumbuhan janin. Dengan begitu, jika ada kelainan pada janin bisa segera terdeteksi dan ditangani. Misalnya saja jika berat janin kurang, maka bisa segera dievaluasi penyebabnya.

Malnutrisi adalah salah satu penyebab pertumbuhan janin terhambat. Asupan gizi ibu yang kurang, menyebabkan suplai gizi ke janin juga berkurang. Akibatnya, pertumbuhan janin pun terhambat. Jika tidak segera ditangani bisa bahaya bagi janin, bahkan bisa menyebabkan keguguran atau kematian janin di dalam rahim.

3. Kelahiran Prematur

Kelahiran prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu. Bayi yang lahir sebelum waktunya berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan karena organ-organ tubuhnya belum sempurna dan belum siap untuk lahir. Karena itu, biasanya bayi yang lahir prematur harus dirawat di ruang perawatan intensif. Berat badan kurang saat hamil akibat malnutrisi adalah salah satu faktor risiko terjadinya kelahiran prematur.

Kelebihan berat badan dan kekurangan berat badan sama-sama bisa menimbulkan banyak dampak buruk bagi ibu hamil dan janinnya. Jadi, walaupun sedang hamil ibu tetap harus menjaga berat badan sesuai dengan yang direkomendasikan. Bukan hanya kuantitas makanan yang harus ditambah, tapi juga harus berkualitas.

Ibu hamil perlu mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan rajin berolahraga. Pilih olahraga yang aman untuk ibu hamil dan tidak memberatkan ibu, misalnya jalan kaki atau yoga prenatal. Jangan lupa untuk rutin memeriksakan kehamilan ke dokter kandungan atau bidan, ya.


Post a Comment

0 Comments