Looking For Anything Specific?

ads header

Mengenal Parental Burnout dan Tips Mengatasinya

parental burnout



Sekitar satu tahun ke belakang, tepatnya sejak pandemi mulai menyerang, aku sering melihat para orang tua mengeluh. Mungkin saking kesalnya, mereka menuliskan unek-uneknya di media sosial. Kira-kira apa yang mereka keluhkan? Tak lain dan tak bukan adalah persoalan sekolah di rumah. 

Yap, selama pandemi aktivitas sekolah diboyong ke rumah, bukan? Tugas orang tua pun bertambah, yaitu menjadi guru privat bagi anaknya masing-masing. Namun, yang paling sering aku lihat adalah curhatan emak-emak alias para ibu. Hmm, mungkin karena mayoritas yang ketiban tugas jadi guru adalah para ibu. Apakah begitu, Buibu?

"Kerjaan rumah saja udah banyak, ini ditambah harus nemenin anak sekolah online dari pagi sampai siang."
"Nggak bisa fokus kerja di rumah nih, harus sambil ngajarin anak ngerjain tugas sekolah."
"Kapan sih sekolah buka lagi?"

Begitulah kira-kira isi hati para orang tua di masa pandemi ini. Ada juga yang tidak berkata-kata, hanya membagikan foto tugas sekolah anak yang bejibun di status whatsapp. Tak heran selama pandemi ini kelelahan orang tua bertambah berkali lipat. Terlalu lelah secara fisik dan mental bisa membuat orang tua mengalami parental burnout.

Burnout tidak hanya terjadi pada pekerja saja, lho. Nyatanya peran sebagai orang tua juga bisa membuat ayah dan ibu mengalaminya.


Mengenal Parental Burnout

Mempunyai buah hati adalah dambaan para pasangan setelah menikah. Namun, menjadi orang tua adalah tugas yang panjang. Di balik kebahagiaan melihat si kecil, ada banyak tugas yang harus diemban. Banyaknya tanggung jawab yang harus ditanggung bisa membuat orang tua kelelahan secara fisik dan mental. 

Jadi, parental burnout adalah kumpulan gejala atau keluhan yang dirasakan orang tua karena tekanan atau stres dalam jangka waktu panjang karena peran sebagai orang tua dan mengasuh anak. Kondisi ini bisa terjadi pada ayah ataupun ibu. Ibu yang bekerja sekaligus bertanggung jawab terhadap urusan rumah dan anak lebih rentan mengalami parental burnout.


Penyebab Parental Burnout

1. Terlalu Perfeksionis Sebagai Orang Tua

Semua orang tua pasti ingin menjadi ayah dan ibu yang baik, serta ingin anaknya selalu bahagia dan tumbuh sempurna. Namun, tidak ada yang sempurna di dunia. Yang terpenting kita sebagai orang tua sudah berusaha yang terbaik dan terus belajar untuk memperbaiki diri.

2. Kurangnya pengetahuan tentang pengasuhan

Kurangnya ilmu dalam mengasuh anak bisa membuat orang tua kebingungan dan stres. Namun, terlalu banyak arus informasi juga bisa membuat orang tua kewalahan. Apalagi sekarang informasi tentang pengasuhan anak sudah bertebaran. Tidak perlu memaksakan untuk menerapkan semua teori parenting yang ada. Cukup terapkan yang sesuai dengan value keluarga.


3. Tidak ada bantuan dalam mengasuh anak

Mengasuh anak adalah tugas ayah dan ibu. Namun, masyarakat kita masih banyak yang menganggap bahwa mengasuh anak adalah tugas ibu. Tidak adanya kerja sama dalam mengasuh anak bisa menyebabkan kelelahan. Oleh karena itu, sebaiknya diskusikan dan atur kesepakatan tentang pengasuhan anak bersama pasangan.


4. Tidak mampu mengelola emosi

Setiap emosi perlu disalurkan, termasuk rasa marah. Namun, tentu saja harus dengan cara yang baik. Oleh karena itu, orang tua perlu belajar manajemen emosi agar anak tidak menjadi sasaran amarah.


Gejala Parental Burnout

 Berikut beberapa gejala parental burnout yang bisa dialami orang tua:

1. Merasa gagal atau tidak pantas menjadi orang tua.

2. Sering merasa sangat kelelahan dan kehilangan semangat beraktivitas.

3. Emosi menjadi tidak stabil, mudah marah, tidak sabar, dan sedih.

4. Muncul rasa kesal dan marah kepada anak, bahkan ingin menjauh dari anak walaupun tingkah anak biasa saja.

5. Muncul keinginan untuk melarikan diri dari rumah dan meninggalkan tugas sebagai orang tua.

6. Sering melampiaskan emosi kepada anak atau pasangan.



Tips Mengatasi Parental Burnout


Apakah ada yang pernah mengalami gejala parental burnout? Jujur saja aku sendiri pernah (atau sering) gagal mengelola marah. Akibatnya anak dan suami jadi sasaran marah. Biasanya hal itu terjadi ketika terlalu lelah. Agar hal itu tidak berulang lagi, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Berikut beberapa tips untuk mengatasi parental burnout.

1. Melakukan hal-hal yang disukai

Aku suka nonton drama Korea dan variety show yang lucu dan menghibur. Biasanya aku nonton bersama dengan suami. Aku juga suka me time dengan membaca buku atau menyendiri di rumah sambil minum kopi ketika anak dan suami masih tidur. Selain itu, istirahat yang cukup juga sangat penting.

2. Bekerja sama dengan pasangan

 Seperti yang sudah aku tulis di atas, mengasuh anak adalah tanggung jawab bersama. Aku dan suami kadang saling berbagi artikel parenting yang kami dapat. Selain itu juga berusaha untuk saling mengingatkan jika ada kesalahan atau kekurangan dalam mendidik anak.

3.Melakukan kegiatan yang menyenangkan bersama anak

Hal ini yang masih menjadi PR untukku. Di usianya kini, energi anak untuk bergerak sangat banyak. Tak jarang ia mengajakku main yang membutuhkan gerak fisik. Kadang aku sudah lelah dengan pekerjaan rumah. 

Jadi, aku lebih sering mengalihkan kegiatannya yang bisa dikerjakan sambil duduk misal crafting, bermain lego, masak-masakan, mengerjakan printable, atau main ular tangga. Namun, kadang ada rasa bersalah juga karena tidak bisa mengimbangi energinya yang banyak.


Menjadi orang tua adalah perjalanan yang sangat panjang. Dalam menjalani prosesnya, wajar jika kita membuat kesalahan, tidak ada orang tua yang sempurna. Yang penting adalah kita sudah berusaha dan belajar untuk lebih baik.









Post a Comment

0 Comments