Looking For Anything Specific?

ads header

Pengalaman Membawa Anak ke Dokter Gigi Tanpa Paksaan dan Ancaman

tips membawa anak ke dokter gigi


Membawa anak ke dokter gigi tanpa paksaan dan ancaman tentunya membutuhkan sebuah seni dan usaha. Pandangan dan kepercayaan bahwa periksa ke dokter gigi pasti sakit dan menyeramkan membuat anak-anak menolak dengan keras jika diajak ke dokter gigi. Namun, tidak semua anak takut ke dokter gigi lho. Aku pernah lihat di media sosial ada seorang anak umur 2-3 tahun yang anteng banget giginya diperiksa oleh dokter gigi. Standing applause deh untuk ibunya.

Aku pertama kali mengajak Khanza, anakku periksa saat umurnya sekitar 3 tahun. Saat itu aku masih bekerja di klinik dan aku sering mengajak Khanza ke klinik. Jadi, sebenarnya Khanza sudah pernah melihat langsung ruangan dokter gigi. Selain itu aku juga sering memperlihatkan video anak-anak yang sedang diperiksa giginya, juga video edukasi tentang kesehatan gigi sambil aku jelaskan.

Di umurnya yang baru 3 tahun itu, aku sudah melihat titik putih di giginya, sepertinya calon-calon berlubang. Karena itulah aku membujuk Khanza untuk diperiksa. Awalnya dia ragu, tapi karena sudah kenal dekat dengan dokter gigi dan perawatnya, akhirnya dia mau.

Senang dong aku, yeay akhirnya mau juga si bocil diperiksa dokter gigi. Lalu aku menemani Khanza ke ruangan sebelah, yaitu ruangan dokter gigi. Perawatnya mulai menyiapkan peralatan yang dibutuhkan, "klunting, klunting," bunyi perkakas diletakkan ke tempatnya. Khanza sudah duduk di kursi periksa dan sang dokter gigi menyalakan lampu periksa. "Huaaaaaa," tiba-tiba Khanza nangis kejer nggak mau diperiksa. Haduh, gagal maning, gagal maning son. Ya sudah, aku putuskan untuk tidak memaksakan dan coba lagi lain kali.


Kapan Sebaiknya Membawa Anak ke Dokter Gigi?

Buibu dan Pakbapak sukses membawa anak ke dokter gigi di umur berapa? Menurut literatur, sebaiknya mulai periksakan kondisi gigi anak sekitar 6 bulan setelah giginya mulai tumbuh, sekitar usia 1 tahun ya. Setelahnya pun idealnya kontrol ke dokter gigi setiap 6 bulan, bukan ketika muncul masalah gigi seperti nyeri atau berlubang.

Namun, untuk ideal begitu susah juga ya, apa aku aja yang begini? Jadi semenjak kejadian menangis di ruang dokter gigi itu aku belum membawa Khanza untuk periksa gigi lagi. Kalau mengajak ke ruang dokter gigi sih sering, lha wong emaknya kerja di klinik.

Aku hanya mengajarkan Khanza untuk rajin gosok gigi pagi dan malam sebelum tidur dan mengajarkan cara yang benar. Aku mulai merutinkan menggosok gigi Khanza mungkin sejak usianya 1 tahunan, saat giginya sudah tumbuh beberapa.

Cara Merawat Gigi Anak

Seharusnya perawatan gigi dan mulut si kecil dilakukan sejak bayi, bukan saat giginya sudah tumbuh. Dikutip dari halodoc, berikut cara merawat gigi dan mulut si kecil:

1. Saat bayi bersihkan gusi si kecil menggunakan lap berbahan lembut agar tidak menyakiti si kecil. Basahi lap tersebut lalu gosok-gosok perlahan gusinya tiap pagi dan malam untuk membersihkan sisa ASI atau susu.

2. Jika gigi susu anak mulai tumbuh, bersihkan dengan sikat gigi dan odol sedikit saja, kira-kira sebutir beras. Ketika usia anak 3 tahun, tambahkan banyak odolnya menjadi kira-kira setengah dari panjang sikat gigi. Pilih pasta gigi yang aman untuk anak ya.

3. Bantu anak menggosok giginya hingga bersih dan ajarkan cara menggosok gigi yang benar. Pastikan gigi anak sudah bersih dari sisa makanan yang menempel karena bisa menyebabkan gigi berlubang.

Dulu Khanza tidak langsung gosok gigi menggunakan odol karena belum bisa kumur-kumur. Sikat giginya pun tidak langsung memakai sikat gigi biasa. Aku mulai mengenalkan sikat gigi sebelum usianya 1 tahun, saat dia sudah mendapat MPASI menggunakan sikat gigi yang sesuai stepnya. Saat itu aku memakai training toothbrush merk pigeon. Setelah itu, aku ajarkan kumur-kumur menggunakan air matang agar aman jika tertelan. Pasta giginya pun aku pilih yang aman.


training toothbrush
training toothbrush. gambar dari lazada


Walaupun sudah rutin gosok gigi pagi dan malam, gigi Khanza tetap berlubang. Bahkan sekarang di usia 5 tahun gigi gerahamnya sudah berlubang yang lumayan besar, serta ada beberapa lubang kecil di gigi lain. Khanza memang sangat suka makanan manis seperti coklat dan es krim. Mungkin saat gosok gigi masih ada sisa-sisa makanan yang tidak terjangkau sikat gigi sehingga kini giginya berlubang. Duh, sedih.

Jadi, sebaiknya usahakan dulu untuk membawa anak ke dokter gigi di usia 1 tahunan dan rutin kontrol lagi tiap 6 bulan. Jangan gampang menyerah seperti aku ya.


Tips Membawa Anak ke Dokter Gigi Tanpa Paksaan dan Ancaman

Sebelum lubang giginya semakin besar, aku coba mengajak Khanza periksa gigi lagi. Kebetulan gigi suamiku juga bermasalah jadi biar sekalian gitu. Awalnya Khanza tetap menolak, tapi aku tetap meyakinkan Khanza. Akhirnya kami membuat kesepakatan, "Yaudah, Khanza besok lihat abi dulu ya. Kalau abi nggak sakit pas diperiksa nanti gantian Khanza," dia pun setuju.

Kami tinggal di kota kecil yang tidak ada dokter gigi spesialis anak. Akhirnya kami ke dokter gigi kenalanku, yang dulu tidak jadi memeriksa gigi Khanza, praktik drg Nodika Herda yang beralamat di Jalan Pemda, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Pelalawan, Riau. Kami pikir karena sudah kenal maka semoga Khanza mau.


tambal gigi di masa pandemi
ketika abi diperiksa, karena pandemi dokter dan asisten pakai APD


Ketika abinya diperiksa dan ditambal giginyaa, Khanza memperhatikan prosesnya. Tentu saja tidak dengan diam saja, seribu pertanyaan dan pernyataan keluar dari mulut mungilnya itu.

"Umi, abi diapain?"
"Umi, itu tadi kok bisa nyala-nyala gitu alatnya?"
"Umi, nambal gigi itu pakai apa? Pakai kapas?"
"Umi, ini apa?" sambil nunjuk sesuatu di meja.
"Umi, ini stetoskopnya kayak punya umi."
"Umi, kok abi lama banget?"

Setelah selesai abi turun dari kursi periksa sambil bilang, "Yuk, giliran Khanza." Khanza langsung loncat dari pangkuanku dan pindah ke kursi periksa. Kali ini benar-benar mau, tidak seperti dulu yang berujung drama.

Semua gigi Khanza diperiksa, ternyata gigi geraham permanennya sudah mulai tumbuh satu. "Ini gigi permanen nih, Kak. Harus dijaga ya," begitu pesan bu dokter giginya. Lalu gigi Khanza yang berlubang ditambal. Selama prosesnya alhamdulillah Khanza sangat manut dan bisa mengikuti instruksi.


periksa gigi anak
Gigi Khanza diperiksa


Tips membawa anak ke dokter gigi

Nah, untuk Ibu dan Bapak yang berencana membawa anaknya ke dokter gigi, berikut beberapa tips dan saran dariku:

1. Lakukan sounding jauh-jauh hari sebelum ke dokter gigi. 

Berikan pengertian kenapa harus ke dokter gigi dan tentang kesehatan gigi. Bisa menggunakan buku atau video edukasi agar anak lebih paham. Tunjukkan video atau bacakan buku cerita bergambar tentang anak yang diperiksa giginya, sekalian berikan motivasi kepada anak.

2. Pilih dokter gigi yang ramah anak

Anak-anak seringkali takut ketika diajak ke dokter gigi. Oleh karena itu, perlu memilih dokter gigi yang bisa kooperatif dan komunikasi dengan anak-anak. Urusan ramah ini sepertinya subjektif ya, tapi bagiku yang penting anakku nggak dipaksa, diancam, atau dibentak. Kalau begitu bisa-bisa bikin trauma kan.

Nah, buibu dan pakbapak cari dulu klinik atau rumah sakit mana yang ramah anak. Tinggal googling saja dokter gigi di kota tujuan pasti banyak rekomendasinya. Bisa juga minta rekomendasi atau testimoni kenalan yang berpengalaman. Jika ingin tahu pasti, bisa juga survei langsung ke tempatnya.

3. Buat janji dulu agar tidak lama menunggu

Jika sudah menemukan dokter gigi yang cocok, tanyakan jadwalnya dan buat perjanjian dulu. Jangan sampai sudah jauh-jauh datang eh ternyata tutup atau dokternya sedang tidak praktik. Dengan membuat perjanjian dulu juga bisa mengurangi waktu menunggu. Biasanya anak-anak akan rewel dan ribut jika kelamaan menunggu karena bosan. 

Khanza yang cuma menunggu abinya saja sudah ribut, bagaimana jika harus menunggu antrian banyak pasien. Apalagi di masa pandemi seperti ini, sebisa mungkin cari klinik yang tidak terlalu ramai agar bisa melaksanakan protokol kesehatan.

4. Bawa mainan anak

Kalau perlu bisa membawa mainan atau buku anak agar anak tidak bosan selama menunggu. Apalagi jika di kliniknya tidak ada kids corner, jadi selama menunggu si kecil tidak akan mati gaya.

5. Jangan paksa anak dan berikan apresiasi kepada anak

Jika anak benar-benar tidak mau maka sebaiknya jangan dipaksa. Cari tahu penyebab anak tidak mau dan cari jalan keluarnya. Jika dipaksa anak bisa mengalami trauma dan selanjutnya akan lebih susah lagi diajak ke dokter gigi.

Jika anak mau diperiksa dan kooperatif, jangan lupa diberikan apresiasi atas keberaniannya. Misalnya dengan kata-kata, "Hebat anak mama berani diperiksa giginya," serta diberikan acungan jempol. Hal-hal yang terkesan remeh tersebut bisa menjadi berarti untuk anak lho. Dengan begitu, selanjutnya jika harus ke dokter gigi lagi anak tidak takut dan semangat.

6. Jangan pernah mengancam anak akan disuntik dokter agar menurut

"Kalau bandel mama bawa ke dokter biar disuntik, lho." Ancaman sejenis itu sering kudengar dari emak-emak agar anaknya menurut. Diancam seperti itu akan membuat anak takut kepada dokter atau semua tenaga kesehatan termasuk dokter gigi. Jadi, untuk semua orang tua jangan menakuti anak dengan disuntik ya. Mari hentikan "tradisi" tersebut.

Ternyata perkara mengajak anak ke dokter gigi tanpa paksaan dan ancaman saja bisa menjadi drama panjang ya.  Semoga sharingku bermanfaat. Jika ada yang punya tips lain boleh ditulis di kolom komen.




Post a Comment

0 Comments