Anger management atau manajemen marah adalah salah satu hal penting yang perlu dikuasai semua orang. Pasalnya, masih banyak yang menyalurkan amarahnya dengan cara yang tidak tepat. Misalnya dengan marah-marah, berteriak, bahkan merusak barang dengan melempar atau membanting. Sebaliknya, ada juga yang justru memendam amarah dan tidak disalurkan. Hal tersebut tidak baik juga, ibarat magma yang mencari jalan keluar dan bisa meledak kapan saja.
Sore tadi, aku berkesempatan mengikuti seminar online dengan topik "anger management, control your anger before it controls you". Seminar ini bekerja sama dengan "Dandiah Care Center" yang terkenal dengan workshop anger management-nya. Pasti banyak yang tidak asing lagi dengan foundernya, Diah Mahmudah dan Dandi Birdy, yang juga menulis buku "Trilogy Positive Parenting". Aku belum membaca bukunya dan belum pernah ikut workshop-nya, semoga saja ada kesempatan untuk ikut.
Di webinar ini, teh Diah hanya memberikan beberapa patah kata, materi fullnya dibawakan oleh Bu Dewi Pandji yang merupakan duta kesehatan mental dandiah. Walaupun begitu, tidak mengurangi esensi materinya. Banyak insight baru yang aku dapatkan dari webinar anger management ini.
Mengapa Perlu Belajar Anger Management?
Aku sadar bahwa aku belum mampu menyalurkan amarah dengan baik. Terkadang amarah meledak-ledak, kadang juga hanya memendam dan diam seribu bahasa. Apalagi setelah jadi emak-emak, sering ada tingkah si bocil yang membuat emak harus elus dada dan banyak istighfar. Jangan sampai anak jadi pelampiasan amarah, bisa meninggalkan luka pengasuhan untuknya.
Belum lagi sama pasangan yang tidak melulu romantis seperti di dongeng atau drakor. Beberapa kali atau sering malah, berbeda pendapat dan eyel-eyelan. Kalau sudah begini, biasanya saling diam seribu bahasa. Enggak sehat banget kan. Tambah lagi masalah lain di luar rumah yang bikin kepala mendidih. Pokoknya penting banget deh belajar anger management ini.
Tentang Emosi
Emosi adalah hal yang normal terjadi pada manusia. Marah, kecewa, sedih, senang, dan lainnya merupakan respon yang wajar terjadi ketika menghadapi suatu kejadian. Justru emosi mempunyai manfaat. Bayangkan jika kita tidak bisa merasakan emosi, pasti hidup jadi tidak menarik kan? Datar-datar saja.
Setiap emosi diekspresikan dengan cara yang berbeda-beda. Misalnya sedih dieskpresikan dengan menangis, senang diekspresikan dengan tertawa, marah diekspresikan dengan berteriak. Ekspresi dari emosi inilah yang bisa dikontrol.
Ternyata, bagaimana kita mengekspresikan emosi bisa dipengaruhi oleh budaya dan pendidikan. Jika di keluarga dan lingkungan mengeskpresikan marah dengan teriak, melempar barang, atau mengeluarkan kata kasar, maka tak heran jika anak di keluarga itu juga akan begitu.
Oleh karena itu, kita perlu belajar mengekspresikan emosi dengan baik. Terutama ketika marah, jika diekspresikan dengan tidak benar maka bisa merugikan diri sendiri dan orang lain. Control your anger before it controls you.
Tentang Amarah dan Pelampiasannya
Amarah atau anger adalah salah satu bentuk emosi yang meliputi benci, marah, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, tersinggung, bermusuhan, dan kebencian patologis (Goleman, 1995).
Sedangkan anger management adalah kemampuan mengelola ragam amarah sehingga mampu mengekspresikan amarah dengan benar kadarnya dan benar konteksnya. Kemampuan mengelola amarah dengan bermanfaat, bukan dengan merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Ekspresi dari marah ini bisa berupa anger in, anger out, dan pertengahannya. Anger in berarti memendam amarahnya, sehingga rentan untuk menyimpan dendam amarah yang berkepanjangan dan bisa merusak diri. Terlalu sering memendam amarah akan menumpuk menjadi ransel emosi dalam diri. Segala sesuatu yang seharusnya dibuang tetapi justru malah ditahan akan menjadi sampah negatif yang akan membahayakan diri.
Ransel emosi merupakan beban yang kita bawa, bisa terlihat dan tidak terlihat. Menumpuknya ransel emosi bisa dipengaruhi oleh masa lalu misalnya masalah yang tidak selesai, masa kini misalnya beban hidup yang terlalu berat, dan masa depan misalnya terlalu khawatir dan insecure akan masa depan.
Beberapa hal yang bisa memperberat ransel emosi kita misalnya adalah kesedihan yang berlarut, adanya masalah yang belum selesai, punya penyakit mental dan fisik, patah hati, dan luka pengasuhan masa kecil.
Sedangkan anger out adalah marah yang meledak-ledak, berlebihan, salah sasaran, dan bisa merusak. Hal ini justru bisa menyakiti orang lain karena luapan amarah yang berlebihan. Misalnya saja anak yang terlalu sering dibentak akan mempengaruhi kepribadiannya. Anak jadi sedih, tidak berani mengutarakan perasaannya secara jujur, bahkan bisa kehilangan rasa percaya dirinya.
Jadi, perlu jalan tengah untuk menyalurkan amarah dengan baik, yaitu dengan assertiveness dan forgiveness. Assertiveness adalah kemampuan menjadi pribadi yang merdeka untuk menyatakan pendapat dan perasaannya, tetapi tetap memperhatikan pendapat dan perasaan orang lain. Jadi, kalau lagi marah ya bilang saja marah, tetapi tidak dengan meledak-ledak dan lebay.
Mungkin begini contohnya, ketika marah dengan pasangan karena terlalu lama main HP bilang saja, "Aku nggak suka lho kalau kamu kelamaan main HP seharian, sampai ngga punya waktu buat keluarga." Atau bisa juga melampiaskan dengan cara lain, misalnya dengan menulis, writing for healing gitu deh. Bisa juga dengan teknik relaksasi misalnya butterfly hug. Bagi yang nonton drakor "It's Okay to Not Be Okay" pasti tidak asing dengan butterfly hug ini.
Sedangkan forgiveness adalah kemampuan untuk memaafkan secara sinkron antara hati, pikiran, sikap dan ucapan. Jadi, enggak ada ceritanya bilang sudah memaafkan tetapi tatapan mata masih setajam silet dan ketika berbicara masih dengan nada tinggi.
Bu Dewi juga menjelaskan tipe-tipe orang dalam melampiaskan amarahnya, yaitu:
1. Pasif: ketika marah diam saja, dipendam.
2. Agresif: melampiaskan amarah dengan meluap-luap dan bisa merusak.
3. Pasif agresif: tidak berani melampiaskan amarah di depan orangnya, tetapi membicarakan di belakang.
4. Asertif: menyampaikan apa yang menjadi penyebab marah kepada orangnya langsung secara lugas dan jelas, dengan tetap menjaga harkat dan martabat. Kita perlu belajar cara asertif ini.
Tahapan Pelepasan Emosi
Tahapan pelepasan emosi dikenal dengan konsep 4A, yaitu:
1. Aware: sadari dan hadirkan semua penyebab, pengalaman, dan siapa yang membuat emosi jadi terpendam.
2. Accept: mengakui dan menerima luka yang tersimpan dalam hati. Akui bahwa hal tersebut menyakitkan, jangan disangkal.
3. Allow: perbolehkan diri kita mengekspresikan dan mengalirkannya.
4. Away: memaafkan, mengikhlaskan, dan memasrahkan.
Sungguh, menuliskan hal ini sangat gampang, tetapi untuk praktiknya masih butuh banyak belajar. Kadang baru sampai tahap aware saja sudah langsung ingin menyangkal agar tidak muncul lagi luka lama. Sepertinya masih butuh ikut workshop lanjutan. Semoga saja ada rezekinya.
2 Comments
Makasih banyak udah sharing pengalaman webinarnya, bermanfaat banget.�� aku sendiri juga masih butuh banyak belajar dan latihan buat ngendaliin amarah yang suka nggak kekontrol kalo udah meledak �� semoga ilmunya bisa diaplikasiin di keseharian
ReplyDeletesama-sama mba. Iya mba, aku juga masih PR untuk menyalurkan marah dgn benar..
Delete