Looking For Anything Specific?

ads header

Tetangga Harus Isolasi Mandiri, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

support untuk kerabat yang isolasi mandiri


Banyak hal yang bisa dilakukan jika ada kenalan kita harus melakukan isolasi mandiri. Sekarang pertambahan kasus covid-19 semakin tinggi, bahkan circle terdekatku pun ada yang kena. Beberapa minggu lalu ada salah satu keluargaku di Jawa yang positif sehingga harus diisolasi dan menjalani perawatan di rumah sakit. Karena itu, orang yang serumah juga harus diswab semua. 

Sambil menunggu hasil swab tentunya tidak boleh kemana-mana dan harus isolasi mandiri di rumah. Walaupun hasilnya belum tentu positif, tapi tetap harus antisipasi dengan kemungkinan terburuknya. Siapa tahu ternyata adalah OTG yang membawa virus ke mana-mana. Hasil swab keluargaku baru keluar seminggu lebih, lama banget.

Beruntung banyak keluarga dan tetangga yang perhatian. Selama menjalani isolasi mandiri di rumah, kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan alat kebersihan seperti sabun disupply oleh para tetangga dan keluarga yang lain. Para tetangga patungan dan bergantian mengantarkan semua keperluan ke rumah keluargaku tersebut.

Sangat berbeda dengan keadaanku di sini. Aku bersama suami dan anakku merantau ke Sumatra, sedangkan semua keluargaku ada di Jawa. Dua minggu lalu, suamiku merasa tidak enak badan sehingga mengajukan cuti kerja di hari Kamis dan Jumat. Suamiku memang sudah lama mulai masuk kantor lagi. Walaupun di kantornya menerapkan protokol kesehatan, tetap saja ada rasa was-was.

Saat cuti, ada kabar dari kantor bahwa salah seorang pegawai kantor ada yang positif covid-19. Karena suami mempunyai riwayat kontak dan merasa kurang enak badan setelahnya, kami memutuskan untuk isolasi mandiri di rumah.

Pihak kantor pun mengambil kebijakan agar para pegawai melakukan isolasi mandiri dan akan mengadakan swab untuk semua pegawai. Setelah menerima kabar tersebut aku juga merasa meriang, hanya si kecil saja yang masih lincah, alhamdulillah.

Nasib kami selama isolasi mandiri sangat bertolak belakang dengan keluargaku di Jawa. Karena kami pendatang, dengan tetangga kanan-kiri hanya sebatas kenal, mau minta tolong pun segan. Jadi kami hanya mengandalkan layanan delivery swalayan untuk kebutuhan sehari-hari, ojek online lokal untuk membeli makanan, dan bantuan salah satu rekan kerjaku di klinik dulu untuk menitip beberapa barang. Beruntung kami masih punya stok bahan makanan di kulkas. 

Yang paling aku dan suamiku khawatirkan jika kami sampai positif (naudzubillah) adalah anak. Memikirkannya saja membuatku tambah meriang.

Setelah seminggu isolasi mandiri, hasil swab suamiku keluar, alhamdulillah negatif. Ternyata seperti ini deg-degannya menunggu hasil swab keluar. Lebih cemas daripada ketika menunggu pengumuman SNMPTN dulu. Jadi, semua gejala yang aku dan suamiku rasakan mungkin hanyalah psikosomatis, karena terlalu stres memikirkan yang tidak-tidak.

Hal yang Bisa Dilakukan Jika Ada Kenalan yang Isolasi Mandiri

Berkaca dari pengalamanku dan keluargaku, aku jadi berpikir bahwa banyak hal yang bisa kita lakukan untuk meringankan beban orang-orang yang harus menjalani isolasi mandiri. Berikut beberapa di antaranya:

isolasi mandiri


1. Tidak mengucilkan

Rasanya sangat kesal sekaligus sedih ketika melihat beberapa berita tentang pasien, tenaga kesehatan, dan orang-orang yang terpapar covid-19 dikucilkan tetangga dan masyarakat. Bahkan sempat aku baca berita ada tenaga kesehatan yang diusir dari kosannya karena khawatir dia membawa virus. Duh, lagu BCL langsung jadi backsound. 

Bukannya mereka ingin sakit dan sakit pun bukanlah sebuaah aib, jadi kenapa sih begitu perlakuannya? Di mana empatinya? Kasihan kan sudah sakit, dikucilkan pula. Oleh karena itu, kita perlu menghilangkan stigma terhadap orang yang terpapar covid-19.

Stigma dan dikucilkan inilah salah satu penyebab pasien tidak jujur ketika diperiksa, takut ketahuan positif. Jika pasien berbohong tentang riwayatnya dan ternyata dia positif maka akan membahayakan banyak orang. Bayangkan saja dia membawa virus tapi tidak ketahuan dan dia bebas pergi ke mana saja, sangat berpotensi untuk menularkan kepada orang lain. Jadi, yuk hentikan stigma dan jangan mengucilkan orang-orang yang terpapar covid-19.


2. Memberikan bantuan untuk kebutuhan hidup

Selama keluargaku yang di Jawa menjalani isolasi mandiri, kami sering video call. Setiap video call pasti cerita bahwa hari itu giliran tetangga ini yang kirim makanan, kemarin tetangga itu juga kirim makanan. Tidak hanya makanan siap santap, tapi juga bahan masakan beserta bumbunya untuk stok. Buah-buahan dan keperluan cuci-mencuci pun diberi oleh tetangga. 

Ternyata, di grup WA para warga berkoordinasi untuk patungan dan bergantian memberikan bantuan. Para tetangga tersebut setiap harinya menggantung bantuannya di pagar rumah, lalu teriak memanggil dan langsung kabur. 

Dengan begitu, kita bisa memberikan bantuan tanpa ada kontak langsung. Jadi, takut tertular bukan alasan untuk tidak membantu. Ketika memberikan bantuan pun kita juga harus memperhatikan protokol dengan memakai masker dan segera cuci tangan ketika sampai rumah.

Jadi, jika ada kenalan atau kerabat yang harus isolasi mandiri, salah satu hal yang bisa kita lakukan adalah memberi bantuan kebutuhan pokok. Harus menjalani isolasi mandiri saja sudah sangat membuat stres, ditambah lagi memikirkan kemungkinan hasil swabnya. Bantuan dari para tetangga sungguh sangat meringankaan beban. Kerja sama yang bagus antar warga. Coba semua warga negara Republik Indonesia seperti itu kan damai pasti.

3. Mendoakan dan memberikan support

Jika tidak bisa membantu secara material, kita bisa bantu dengan doa dan support. Ada yang perhatian dengan menanyakan kabar saja sudah sangat menghibur. Bukan malah mengucilkan atau meenyebarkan gosip yang tidak benar.

Sayangnya belum semua orang bisa begitu, lihat saja di media massa. Semoga kita tidak termasuk orang yang memberikan stigma dan menyebarkan berita tidak benar ya. Akhirnya alhamdulillah hasil swab keluargaku yang isolasi mandiri di rumah negatif semua.


Post a Comment

1 Comments

  1. Need support banget ya mereka, Ada tetangga juga terdampak kami tetangga bergantian

    ReplyDelete