“Umi, kapan virusnya ilang? Aku
bosen, pengen main sama temen,” entah sudah berapa kali Khanza mengungkapkan
kejenuhannya.
Sudah dua bulan kami melarang
Khanza main di luar bersama teman-temannya. Orang dewasa saja bisa merasa
sangat bosan jika terlalu lama di rumah, apalagi anak-anak yang sedang masanya
suka bermain bersama teman sebayanya. Sekarang Khanza hanya bisa melihat
dari balik jendela ketika ada temannya lewat di depan rumah dan menyapa dari
kejauhan. Jika melihat adegan itu rasanya pengen nyanyi, “Oh kasihan, oh
kasihan, aduh kasihan.”
Jika Khanza sudah mulai berkeluh-kesah,
itu merupakan suatu pertanda. Seperti kilat dan petir sebelum badai. Saya harus
segera menemaninya dan meninggalkan aktivitas lain. Jika tidak, maka keluhan
akan berubah menjadi rengekan dan amukan yang lebih besar. Jangan sampai emak
ikut tantrum lihat anak merajuk tanpa henti.
Saya perlu
memutar otak untuk menyiapkan aktivitas agar tidak ada drama berujung rengekan
tiap harinya. Saya ingat ucapan Bu Septi, founder Institut Ibu Profesional,
“Anak-anak tidak akan menolak tiga hal, yaitu bermain, dongeng, dan kejutan.”
Sayangnya sekarang justru banyak orangtua yang menganggap bermain hanya
buang-buang waktu, hingga keluarlah omelan, “Main teruuuus, belajar sana!”
Padahal kan bermain tidak sekadar bermain, tapi bisa sambil belajar. Dengan
begitu anak bisa belajar dengan cara yang menyenangkan, tidak melulu duduk di
meja menghadap buku.
Baiklah, mari siapkan aktivitas agar anak betah di rumah. Namun, karena sekarang harus #DiRumahAja,
maka harus menyiapkan aktivitas yang bisa dilakukan di dalam rumah.
Aktivitas anak selama #DiRumahAja
Banyak aktivitas anak yang bisa dilakukan di dalam rumah agar tidak bosan. Berikut beberapa aktivitas yang saya siapkan untuk Khanza di rumah:
1. Crafting
Selama #DiRumahAja saya mulai
sering lagi crafting atau membuat kerajinan tangan bersama Khanza. Kami sudah
membuat puppet kelinci, diorama akuarium, caterpillar dari pompom, meronce kalung dan gelang, dll. Crafting
melibatkan kemampuan motorik seperti menggunting, menempel, dan meronce, serta kemampuan
sensorik seperti menyesuaikan warna. Dengan begitu crafting juga sekaligus
melatih kemampuan motorik, sensori dan meningkatkan imajinasi anak. Saya
biasanya mendapat ide crafting dari media sosial atau website aktivitas anak
seperti my bored toddler dan montessori.
Membuat kerajinan bisa memanfaatkan barang bekas. Misalnya membuat dapur mainan dengan kardus bekas, tempat pensil dan mobil-mobilan dari botol bekas, dan sebagainya. Ajak si kecil untuk berkreasi sesuai dengan kesukaannya. Agar tidak bosan, maka buatlah karya yang berbeda setiap harinya.
2. Bermain lego
Permainan bongkar-pasang seperti
lego juga bisa mengasah kreativitas anak. Dengan imajinasinya, si kecil akan
membuat suatu bentuk dari lego. Kadang saya nggak
mudeng apa yang Khanza buat sehingga harus bertanya.
“Aku buat mobil perang, ini buat
tembakannya, ini buat belok-belokinnya,” Khanza mempresentasikan hasil
karyanya. Oh ternyata dia buat tank.
3. Bermain peran atau role play
Bermain peran atau role play bisa
untuk mengenalkan anak kepada berbagai profesi. Khanza suka bermain menjadi
dokter, chef, hingga superhero, umi dan abinya yang kebagian jadi penjahat.
4. Menggambar dan mewarnai
Berhubung saya tidak pandai
menggambar, kadang Khanza belajar menggambar dari tutorial di youtube. Kadang
juga menggambar berdasar imajinasinya saja. Menggambar dan mewarnai juga
berfungsi melatih imajinasi dan kreativitas anak. Kemampuan sensori jari-jari
tangan dan mengenal warna juga bisa dilatih dengan menggambar dan mewarnai.
5. Membaca buku
Menumbuhkan rasa cinta membaca harus dilakukan sejak dini. Sekarang sudah banyak
jenis buku untuk anak sesuai dengan tahapan usianya. Anak-anak biasanya lebih
tertarik dengan buku yang bergambar sehingga bisa membaca melalui gambar
ilustrasinya.
Tak hanya buku fisik, aplikasi
untuk membaca buku juga sudah banyak tersedia, yang gratis dan berbayar. Untuk
Khanza, saya menggunakan rivet dan khan academy kids, banyak buku berbahasa Inggris di sana, lumayan untuk menambah kosakata. Walaupun begitu, tentu
saja buku fisik lebih bagus agar anak tidak terpapar gawai. Membaca dari gawai
untuk kondisi tertentu saja.
6. Membantu pekerjaan domestik
Jika anak sudah bisa diajak mengerjakan pekerjaan rumah, maka tak ada salahnya melibatkan anak melakukan pekerjaan domestik. Mulai dari yang mudah dulu, misalnya membereskan mainannya sendiri, menyapu, membereskan kamar, dan memasak. Khanza kadang membantu menyapu, beres-beres dan masak. Khanza suka mengupas bawang dan mengaduk adonan.
Mengajak anak terlibat dalam pekerjaan
rumah dapat melatih kemandiriannya. Mungkin awalnya akan terkesan "mengganggu". Bukannya membuat pekerjaan cepat selesai tapi justru malah tambah lama dan hasilnya pun jauh dari yang kita harapkan. Karena itu tak jarang orangtua melarang anaknya terlibat dalam pekerjaan rumah, malah disuruh ke kamar atau bermain. Jangan tanya kenapa ketika sudah besar dia malah pergi ketika diminta membantu mengerjakan pekerjaan.
Tidak hanya anak perempuan, anak laki-laki pun juga harus diajarkan pekerjaan domestik karena tugas domestik bukanlah tugas perempuan. Sudah saatnya menghilangkan stigma bahwa memasak dan pekerjaan rumah adalah pekerjaan perempuan. Anak laki-laki yang terbiasa melakukan pekerjaan rumah kelak tidak akan membebankan tugas domestik kepada istrinya.
7. Gadget time
“Lho kok gadget, bukannya gadget
tidak baik untuk anak?” Memang ada efek negatif gadget untuk anak. Namun,
dunia tidak hanya sebatas hitam dan
putih. Gadget tidak selalu buruk, jika
diberikan sesuai aturan. Saya masih mengizinkan Khanza bermain gadget,
tetapi saya mempunyai tujuan dan peraturan sendiri.
Pertama, tentukan tujuan
memberikan anak gadget. Kosakata Bahasa Inggris Khanza bertambah dengan
menonton video di youtube, sehingga saya menentukan tujuan berdasarkan hal
tersebut. Oleh karena itu, saya perlu menentukan apa yang boleh Khanza tonton,
yaitu video atau kartun berbahasa Inggris yang mudah dimengerti. Selain itu,
saya juga mengizinkan Khanza menonton tutorial dari youtube. Misalnya tutorial
menggambar, mewarnai, atau membuat kerajinan.
Dengan begitu, gadget time tidak sia-sia. Namun tetap harus memperhatikan batas waktu atau screen time untuk anak. Jangan sampai melebihi batas maksimal hingga memberikan dampak negatif.
8. Main suka-suka
Anak-anak itu kreatif dan suka berimajinasi. Ketika tidak ada kegiatan dan bosan, biasanya ada saja ide out of the box yang muncul. "Umi, main polisi-polisian yuk. Aku jadi polisi umi jadi orang jahat," kemudian Khanza mengintruksikan skenario yang harus umi mainkan.
"Umi, main bunda-bundaan yok, aku jadi adek bayi, umi jadi bundanya," kemudian Khanza akan berubah menjadi bayi yang "sok imut" haha. Sering juga Khanza melakukan hal-hal yang absurd, loncat-loncat, panjat jendela, dan berbagai hal lainnya. Rasa bosan membuat anak menciptakan kegiatannya sendiri. Tinggal ikuti saja skenarionya.
Membuat anak betah di rumah
sebenarnya bukanlah hal yang sulit selama orangtua mau mendampingi anak dengan
bersungguh-sungguh. Bukan fisik saja yang menemani tapi fokus dan pikiran entah kemana, misal sambil mengerjakan hal lain apalagi sambil
main HP. Saya sendiri masih harus terus belajar dan berproses agar bisa
mendampingi Khanza dengan baik. Tentunya dengan kerja sama dengan pak suami, karena mendidik anak bukanlah tanggung jawab ibu saja. Dan semoga covid-19 segera teratasi sehingga bisa
bermain di luar lagi.
0 Comments